TEMPO.CO, Jakarta -Ada banyak cara untuk menikmati akhir pekan. Khususnya di Jakarta, ada beberapa pertunjukan dan pameran yang sedang dihelat. Salah satunya The World of Ghibli yang digelar sejak 10 Agustus lalu hingga 17 September mendatang. Sebelum ke Jakarta, pameran serupa dihelat di Taiwan dan Seoul, Korea Selatan.
Pameran ini berlangsung di ballroom Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta. Itu merupakan pameran pertama di Asia Tenggara karena digelar di area seluas 7.200 meter persegi. Di pameran The World of Ghibli pengunjung bisa menyaksikan cerita dan karakter-karakter yang lahir dan dikenal dari studio animasi Ghibli, Jepang. “Ini banyak banget instalasi tiga dimensinya, beda dengan museum Ghibli di Jepang,” tutur Nanien Yuniar, salah satu pengunjung pameran beberapa waktu lalu.
Menurut Nanien yang sempat berkunjung langsung ke Museum Ghibli, pengalamannya melihat instalasi di The World of Ghibli kali ini menjadi daya tarik tersendiri. Hanya saja bedanya, di Museum secara bangunan sudah menarik perhatian meski tak banyak instalasi di dalamnya. Lain halnya dengan pameran yang diselenggarakan di sebuah ballroom hotel. Tapi sekali lagi, menurut dia harga tiket RP 300 ribu rupiah bisa cukup sebanding dengan pengalaman yang diperoleh di pameran tersebut. “Mahal sih tapi worth it bagi para hardcore Ghibli,” tuturnya.
Di pameran ini tersaji beberapa bentuk patung berbagai karakter dalam produk film-film animasi Studio Ghibli.
salah satu instalasi animasi Ghibli, tokoh Totoro dari film My Neighbor Totoro (1988)
Pameran dibagi dalam dua area yakni area dua dimensi dan tiga dimensi. Area dua dimensi merupakan area yang ada di muka. Terletak tepat setelah gerbang masuk. Di area ini pengunjung disambut beragam poster film produksi Ghibli. Selain itu sejarah rumah animasi serta profil dari tiga tokoh di balik berdirinya Ghibli (Hayao Miyazaki, Isao Takahata, dan Toshio Suzuki) turut serta ditampilkan. Di area ini pengunjung dilarang untuk mengambil gambar dalam bentuk apapun. Bersabarlah, nikmati cerita demi cerita yang disajikan sampai tiba di area tiga dimensi, dan pengunjung dengan leluasa bisa berfoto di beberapa titik instalasi. Tapi hati-hati, jangan sembarang main sentuh karena ada beberapa instalasi yang hanya boleh dilihat dan difoto saja.
Pameran The World of Ghibli ini baru rampung 100 persen akhir Agustus lalu. Memang cukup melenceng dari jadwal pameran seharusnya. Sehingga hanya ada waktu sekitar tiga pekan terakhir untuk bisa menikmati seluruh tampilan dan instalasi pameran.
Menurut salah satu relawan yang turut menjaga area pameran, akan ada beberapa benda yang nantinya akan diboyong ke Jepang seperti replika Howl’s Moving Castle setinggi 8,5 meter juga lemari kayu yang ada di rumah keluarga Kusakabe (My Neighbor Totoro, 1988),
Dan juga etalase kayu di area pameran Kiki’s Delivery Service. Alasannya, di Jepang semua benda itu belum ada.
Menariknya lagi, di Gütiokipänjä, nama toko roti dalam film Kiki’s Delivery Service menampilkan deretan roti-roti yang sangat detail. Terang saja, rupanya roti-roti tersebut merupakan roti asli yang lantas diawetkan melalui proses waxing.
Intalasi yang ada di pameran merupakan buah karya seniman Indonesia atas supervisi dari studio animasi Ghibli langsung. Ada pula beberapa instalasi hasil kerja sama dengan seniman di Jepang. Proses supervisi yang ketat membuat banyak hal dibuat demikian detail. Contohnya saja roti-roti di Gütiokipänjä. Roti pun akan diganti jika ada bagian yang rusak. Roti disuplai dari sebuah toko roti di Jakarta
Sementara. Beberapa jenis dekorasi pelengkap banyaknya masih bisa diperoleh di Indonesia. Misalnya mesin kasir jadul yang juga terdapat di Gütiokipänjä. Mesin ini didapat dari Kota Bandung.
Perlu waktu satu jam lebih untuk menikmati seluruh isi pameran di The World of Ghibli ini. Akan lebih seru jika memang pengunjung mengetahui terlebih dahulu soal animasi Ghibli, agar begitu masuk semua informasi dan visualisasi yang hadir bisa terkoneksi satu sama lain.
AISHA SHAIDRA