Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Alasan Mengapa Sapardi Pilih Jadi Penyair

image-gnews
Sardi Djoko Damono(TEMPO/Arnold Simanjuntak)
Sardi Djoko Damono(TEMPO/Arnold Simanjuntak)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Selama lima dekade sastrawan Sapardi Djoko Damono berkecimpung di dunia sastra. Banyak karya lahir berupa puisi, esai, hingga fiksi.

Dengan guyonan khasnya, penyair 77 tahun itu mengungkapkan alasannya memilih profesi penulis. "Saya tidak bisa jadi jenderal karena saya kurus, saya tidak bisa macul karena saya tidak kuat," kata Sapardi Djoko Damono usai peluncuran buku "Manuskrip Sajak" di Indonesia International Book Fair 2017, Kamis 7 September 2017.

Baca: Ingin Bisa Menulis? Simak Pengalaman Sapardi Djoko Damono

Namun dibalik guyonan tersebut, Sapardi Djoko Damono menyampaikan alasan yang lebih serius. Semua berawal dari hobinya terhadap membaca. Menurut dia terbiasa membaca membuat kegiatan menulis terasa mudah. "Orang yang tidak pernah baca puisi tidak akan pernah bisa menulis puisi," ujar Sapardi.

Sapardi mengatakan dirinya sudah giat membaca puisi sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. “Tidak tahu kenapa tiba-tiba bisa menulis," kata sastrawan yang juga pernah jadi gitaris di band fakultas sastra tersebut.

Apa pun ia tuliskan, termasuk segala macam kegalauan masa muda. Semua jejak tulisannya di masa muda masih bisa dilihat dalam kumpulan manuskrip dari era akhir 1950.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sapardi produktif menulis sejak muda. Inspirasi tulisannya datang dari mana-mana, termasuk kehidupan kampus yang diwarnai banyak perempuan. Maklum, Sapardi kuliah di jurusan sastra Inggris Universitas Gajah Mada yang mayoritas mahasiswanya perempuan.

"Laki-laki cuma empat atau lima, yang lain cewek-cewek cakep semua. Di situ (buku Manuskrip Sajak) nama-namanya ada semua. Tapi nama istri saya enggak ada," canda Sapardi yang segera disambut tawa hadirin di Indonesia International Book Fair 2017.

Peraih Khatulistiwa Literary Award itu tidak pernah mematok target untuk membuat sekian karya dalam batas waktu tertentu. Ada kalanya dia bisa menciptakan 18 sajak dalam semalam, tapi ada pula sebuah sajak yang tak kunjung rampung meski tiga tahun berlalu.

Sapardi Djoko Damono baru menerbitkan "Manuskrip Sajak" yang berisi kolase foto manuskrip sajak karyanya pada periode 1958 hingga 1970-an.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sastrawan Sapardi Djoko Darmono Masuk Rumah Sakit Sejak Juni 2020

19 Juli 2020

Sastrawan Sapardi Djoko Damono merilis novel terbarunya, Yang Fana Adalah Waktu. Buku ini melengkapi dua judul sebelumnya: Hujan Bulan Juni dan Pingkan Melipat Jarak. Jumat, 16 Maret 2017 (TEMPO/AISHA)
Sastrawan Sapardi Djoko Darmono Masuk Rumah Sakit Sejak Juni 2020

Sapardi Djoko Darmono, kata Tatyana, beberapa kali dirawat di rumah sakit untuk satu masalah yakni hemoglobin yang terus menurun.


2 Aktor Kawakan Kesulitan Baca Naskah Sapardi Djoko Damono

22 Mei 2020

Slamet Rahardjo Djarot dan Nano Riantioarno tampil dalam acara online Festival Sontoloyo, Membaca Naskah Ditunggu Dogot Ditontonin Penulisnya. Foto: YouTube
2 Aktor Kawakan Kesulitan Baca Naskah Sapardi Djoko Damono

Dua aktor senior, Slamet Rahardjo Djarot dan Nano Riantiarno kesulitan membaca naskah yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono.


Kumpulan Sajak Hujan Bulan Juni Menjangkau Pembaca Tionghoa

2 November 2017

Sutradara Hestu Saputra (kiri), Sapardi Djoko Damono, Velove Vexia dan Koutaro Kakimoto dalam acara Meet and Greet di Jakarta, 1 November 2017.  Sapardi juga ikut ambil bagian menulis skenario dalam film ini. Tempo/Fakhri Hermansyah
Kumpulan Sajak Hujan Bulan Juni Menjangkau Pembaca Tionghoa

Buku kumpulan puisis Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono diterjemahkan dalam bahasa Mandarin. Karya tersebut memperluas pasar pembaca puisi Sapardi


Menulis, Cara Sapardi Djoko Damono Lawan Pikun

2 November 2017

Sapardi Djoko Damono saat acara Meet and Greet film Hujan Bulan Juni di Jakarta 1 November 2017. Tempo/ Fakhri Hermansyah
Menulis, Cara Sapardi Djoko Damono Lawan Pikun

Agar tidak pikun, Sapardi Djoko Darmono terbiasa menulis pada pukul tiga pagi.


Usai Difilmkan, Hujan Bulan Juni Diterjemahkan ke Bahasa Mandarin

2 November 2017

Penulis Sapardi Djoko Damono (kiri) hadir saat Velove Vexia membacakan puisi di acara Meet and Greet Hujan Bulan Juni di Jakarta, 1 November 2017. Film Hujan Bulan Juni akan tayang serentak di bioskop 2 November 2017. Tempo/ Fakhri Hermansyah
Usai Difilmkan, Hujan Bulan Juni Diterjemahkan ke Bahasa Mandarin

Kumpulan puisi dan cuplikan novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono diterbitkan dalam bahasa Mandarin


Sapardi Djoko Damono Menulis Kala Sulit Tidur

1 November 2017

Sapardi Djoko Damono saat acara Meet and Greet film Hujan Bulan Juni di Jakarta 1 November 2017. Tempo/ Fakhri Hermansyah
Sapardi Djoko Damono Menulis Kala Sulit Tidur

Sapardi Djoko Damono terbiasa menuliskan apa yang muncul di benaknya kala ia sulit tidur


Perjalanan Manuskrip Sapardi Djoko Damono Jadi Buku Baru

8 September 2017

Sapardi Djoko Damono. Dok.TEMPO/Iqbal Ichsan
Perjalanan Manuskrip Sapardi Djoko Damono Jadi Buku Baru

Sapardi Djoko Damono tak menyangka manuskrip-manuskrip yang
merekam catatan puisinya kala muda masih tersimpan dan terbaca


Ingin Bisa Menulis? Simak Pengalaman Sapardi Djoko Damono

24 Maret 2017

Sardi Djoko Damono(TEMPO/Arnold Simanjuntak)
Ingin Bisa Menulis? Simak Pengalaman Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono telah menerbitkan sejumlah buku puisi, esai, fiksi, dan drama--asli dan terjemahan, sejak 1969.


Gagal Terus Bikin Puisi, Akhirnya Slamet Rahardjo Cemburu

24 Maret 2017

Slamet Rahardjo. TEMPO/Jacky Rachmansyah
Gagal Terus Bikin Puisi, Akhirnya Slamet Rahardjo Cemburu

Karya Sapardi yang paling disukai Slamet adalah puisi berjudul Berjalan Menuju Barat di Pagi Hari. Karena dia menceritakan alam yang adil, katanya.


Tak Mau Pikun, Ini Trik Sapardi Djoko Damono

23 Maret 2017

Sapardi Djoko Damono. Dok.TEMPO/Iqbal Ichsan
Tak Mau Pikun, Ini Trik Sapardi Djoko Damono

Apa yang membuat Sapardi Djoko Damono terus menciptakan hasil karya tulisannya? Jawabannya ada di sini.