Direktur Museum Macan Aaron Seeto menyebutkan para penampil acara First Sight yang kedua ini, yakni Duto Hardono, Arahmaiani Mella Jarsma (Belanda, Indonesia), Xu Zhen (Cina), Justin Shoulder (Australia), dan Herman Chong (Singapura). Dia berharap masyarakat bisa menikmati penampilan para seniman yang menyajikan seni performan kontemporer.
“Bukan hanya karena seni performan ini bagian penting sejarah seni rupa kontemporer di Indonesia dan dunia, tapi seni ini dirayakan karena potensi transformatifnya dari gagasan seniman kepada audiensi,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Tempo.
Karya-karya para seniman ini akan menimbang masa lalu dan masa depan, menyoal kerja dan transaksi, serta peran kritis audiensi dalam melengkapi perjumpaan. Karya Justin Shoulder Carrion: Episode 1 (2016), sesosok makhluk rekaan spektakuler yang dihidupkan melalui koreografi dan Xu Zhen lewat In the Blink of an Eye yang membekukan waktu dan menentang gravitasi.
Penyajian ulang karya Arahmaiani dari 1996, Handle Without Care (1996-2017) dianggap amat penting dalam perkembangan seni rupa kontemporer di Indonesia. Karya Duto Hardono berjudul Variations & Improvisation for ‘In Harmonia Progessio’ (2017) menghidupkan ruangan Museum melalui pengulangan bunyi yang tercipta dari suara sejumlah relawan.
Karya Mella Jaarsma Dogwalk (2016), tentang sekelompok manusia yang berpura-pura menjadi hewan, yang mengajak kita memikirkan kecenderungan akan kendali dan hubungan kita dengan binatang. Karya Heman Chong berjudul A Short Story, Somewhere, Out There (2017), ditampilkan di ruang yang tersembunyi dari pandangan publik, terdiri dari tugas sederhana—pertukaran cerita pendek antara penulis, penerjemah, instruktur, dan pesertanya.
Pada Ahadnya, para seniman ini akan bertukar pikiran dengan audiensi tentang seni performan.
DIAN YULIASTUTI