TEMPO.CO, Jakarta -Lagu ini terdengar riang. Ada nuansa nada sederhana yang menarik ingatan pada masa kanak-kanak. Gitar dan trompet menjadi bunyi yang cukup mendominasi lagu berjudul Mainan ini. Namun lagu pada urutan keenam yang hanya berdurasi 2.55 menit tersebut tak sesederhana kemasannya. Lagu ini mengaduk emosi Adrian Yunan Faisal dalam proses penciptaan.
Adrian berkisah, ketika itu ia sedang berjalan dan tak sengaja menginjak mainan anaknya. "Tapi anak gue enggak nangis waktu gue injak mainannya, dia malah datang ke gue dan ngasih mainannya, gimana enggak makin nangis?" ujar Adrian sebelum memainkan lagu ini saat peluncuran album solonya di Paviliun 28, Petogogan, Ahad, 4 Juni lalu. Ya, pemain bas grup band Efek Rumah Kaca itu meluncurkan album solonya yang berjudul Sintas. "Lagu ini sebagai permintaan maaf kepada anak gue."
Tak hanya masalah itu. Dengarkan juga tembang berjudul Alzheimer. Lagu ini tercipta ketika ia berada dalam momen yang paling mengecewakan dalam hidupnya, yakni ketika ibunya terkena Alzheimer. Alzheimer adalah gangguan di dalam otak yang mengakibatkan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir dan berbicara, serta perubahan perilaku penderita. Ada nuansa sendu, sedih, dan kecewa dalam nada-nada yang membentuk lagu ini.
"Saya berharap Ibu jangan sampai lupa. Sebab, hanya kepada ibu saya dapat mencurahkan segalanya dan bertukar cerita," ujarnya.
Dua lagu ini memang cukup menyentuh saat didengar dan disimak lirik-liriknya. Adrian mengakui ibu, anak, istri, dan interaksi kesehariannya bersama mereka menjadi sumber inspirasi dalam album solonya tersebut.
Apa yang dialaminya pun tak luput dari coretan lirik dalam delapan lagu lainnya. Tak mudah bagi Adrian mengarungi cobaan hidup. Pada 2010, ia perlahan mengalami kehilangan indra penglihatan hingga pada 2012 mengalami kebutaan total akibat serangan virus toksoplasma. Itu membuat dia terpaksa mengurangi kegiatan bermusiknya bersama grup tercintanya tersebut dan memilih berkarya di rumah.
Ia melewati hari-hari sembari terus berobat dan beradaptasi dengan kondisi kesehatan dan penglihatannya dengan musik serta menciptakan instrumen musik akustik. "Saat itu saya merasa amat terpukul hingga pada titik terendah. Saya hanya hidup di atas tempat tidur tanpa melakukan apa pun," ujarnya, mengenang saat itu.
Hingga suatu pagi, Adrian terbangun dari sebuah mimpi yang kurang jelas, tapi itulah momentum ketika ia terbangun dan bertekad untuk bangkit. Saat itu, terpikir apakah dia akan melanjutkan hidup sebagai orang yang kalah atau menang.
Akhirnya dia menemukan cara menetralkan fisik dan mentalnya untuk menjadi lebih baik, yakni dengan menulis lagu. Kegiatan ini sebenarnya sudah menjadi aktivitas rutin sejak di bangku SMA, sebelum Efek Rumah Kaca terbentuk. Namun apa yang dia tulis saat itu, di tengah kondisi sakitnya, menjadi terapi bagi jiwanya.
Simaklah lagu berjudul Mikrofon dan Ruang yang Sama. Tembang Mikrofon dengan sentuhan dari keyboard, efek elektronik, dan gitar bernada kalem di awal tapi kemudian menjadi lebih ceria. Liriknya singkat dan sederhana.
Adapun pada lagu Ruang yang Sama, nada dari keyboard, trompet, dan perkusi memberikan warna yang harmonis. Lagu inilah yang menggambarkan orang-orang disabilitas yang tetap dapat berkarya, bahkan melakukan kegiatan yang sama dengan orang pada umumnya. "Karena melihat tak selalu dengan mata, mendengar tidak selalu dengan telinga, dan berjalan tidak selalu melangkah," ujar Adrian.
Lirik-lirik dan nada yang disodorkan Adrian merupakan cerita pergulatan batinnya di tengah keterpurukan, yang kontemplatif dan menyemangati diri seperti pada tembang Lari, Komedi Situasi, atau Tak Ada Histeria. Judul album Sintas yang berarti bertahan hidup dari situasi yang tak diinginkan menjadi bukti Adrian menyikapi kekurangannya, beradaptasi, bertahan hidup, dan keluar menjadi seorang penyintas yang tangguh.
Namun awalnya lagu-lagu yang ditulis sebagai terapi ini tak terpikir untuk direkamnya. Ada beberapa lagu yang masuk album ketiga Efek Rumah Kaca, Sinestesia. Banyak juga yang tak jelas nasibnya. Lagu-lagu ini menarik perhatian vokalis grup band tersebut, Cholil Mahmud. Dia melempar ide untuk mengumpulkan materi lagu Adrian menjadi album solo. Itu membuat Adrian bersemangat memilih lagu yang akan direkam.
Album yang kental dengan era 1980-an itu menjadi harapan baginya bisa melewati kesulitan dan jalan keluar. "Dari awal saya baru memulai kembali menulis lagu saat saya jatuh sakit. Saya yakin akan bisa melewatinya." DIAN YULIASTUTI|CHETA NILAWATY
Sintas
Produksi: Pelampung Record
Lagu:
- Mikrofon
- Lari
- Parti & Partner
- Terminal Laut
- Komedi Situasi
- Mainan
- Ruang yang Sama
- Tak Ada Histeria
- Alzheimer