Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Opera Ramayana: Murka Rahwana di Hari Raya

image-gnews
Penari Wayang Orang mementaskan Pentas Opera Ramayana pada acara Bakdan Neng Solo di Benteng Vantenburg, Solo, Jawa Tengah, 28 Juni 2017. Pentas tersebut digelar sebagai promosi kota sekaligus diharapkan dapat memberikan hiburan bagi pemudik maupun warga yang berlibur di Kota Solo saat lebaran 2017. ANTARA FOTO
Penari Wayang Orang mementaskan Pentas Opera Ramayana pada acara Bakdan Neng Solo di Benteng Vantenburg, Solo, Jawa Tengah, 28 Juni 2017. Pentas tersebut digelar sebagai promosi kota sekaligus diharapkan dapat memberikan hiburan bagi pemudik maupun warga yang berlibur di Kota Solo saat lebaran 2017. ANTARA FOTO
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Raja Rahwana murka. Adiknya, Wibisana, menolak permintaannya untuk membantu melawan Rama Wijaya dan pasukan kera yang akan menyerang Alengka. Lantas, Wibisana diusir dari kerajaan.

Rahwana lalu menyuruh pasukannya membangunkan adiknya yang lain, Kumbakarna. Dia menjamu adiknya itu dengan makanan paling lezat. Ujung-ujungnya, Rahwana juga meminta Kumbakarna berperang melawan pasukan Pancawati yang dipimpin Rama.

Semula Kumbakarna menolak. Namun sikapnya itu berubah saat Rahwana mengabarkan kematian kedua anak Kumbakarna usai bertempur melawan pasukan kera. Raksasa itu akhirnya menyatakan kesanggupan untuk menjadi senapati dalam perang melawan pasukan Rama Wijaya.

Di seberang lautan, Rama Wijaya dan pasukan kera membuat bendung agar bisa menyeberang ke Alengka. Mereka bekerja bergotong-royong membangun jembatan. Dengan kesaktiannya, Rama mengeringkan lautan agar pekerjaan itu lebih mudah dilakukan.

Lakon Rama Tambak itu merupakan bagian dari cerita kitab Ramayana. Cerita itu dipentaskan dalam Opera Ramayana di Benteng Vastenburg, Solo, 28-30 Juni 2017.

Pementasan yang diselenggarakan Pemerintah Kota Surakarta itu digunakan untuk menghibur pemudik serta wisatawan yang berlibur dan berlebaran di kota tersebut.

Ini tahun ketiga pemerintah daerah setempat menggelar pertunjukan Ramayana untuk menghibur pemudik dengan nama "Bakdhan Neng Solo" (Lebaran di Solo). Kisahnya tentu beda-beda. Tahun lalu, pertunjukan melibatkan 75 penari dan 30 musikus. Namun kali ini pertunjukan itu dimainkan oleh sekitar 200 orang. Seperti tahun sebelumnya, penari sekaligus koreografer, Agung Kusumo Widagdo, didaulat menjadi sutradara.

Dalam pementasan Rama Tambak itu, Agung menggambarkan sebuah lautan dengan cukup menarik. Kain biru dalam ukuran besar dikibarkan di belakang panggung, menggambarkan lautan yang tidak pernah tenang. Beberapa penari dengan balutan kain serupa bergerak atraktif di tengah panggung. Mereka juga memainkan selendang biru seolah menjadi ombak yang menggulung bertubi-tubi.

Eksplorasi lakon Rama Tambak semakin dalam. Tak hanya menyuguhkan konflik kerajaan, sutradara juga menyelipkan pesan lingkungan dalam lakon itu. Lihatlah kehadiran puluhan penari, sebagian besar anak-anak, berkostum warna-warni. Mereka berperan sebagai hewan dan tumbuhan laut yang tengah terancam kehidupannya. Mereka berada di ujung kematian saat Rama Wijaya mengeringkan air laut.

Mereka pun protes karena harus dikorbankan dalam usaha Rama merebut kembali Dewi Shinta dari tangan Rahwana. "Adegan tersebut merupakan improvisasi kami dalam menggarap lakon ini," kata Agung. Meski banyak dipandang sebagai karakter protagonis, langkah Rama dalam mengeringkan lautan merupakan sebuah perbuatan yang merusak lingkungan dan ekosistem.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Adegan itu juga menyisipkan pesan bagi pemerintah dalam melakukan pembangunan yang terkadang kurang memperhatikan nasib warga yang terkena dampak. Di sisi lain, tidak banyak warga yang memiliki kekuatan untuk menyuarakan nasib yang menimpanya.

Dalam pementasan itu, Agung merangkum beberapa lakon sekaligus dalam sebuah pertunjukan luar ruang berdurasi 2,5 jam. Beberapa di antaranya Wibisana Tundhung, Rama Tambak, hingga Rahwana Gugur.

Ada beberapa sanggar tari yang terlibat dalam pementasan itu. Selain penari dari Institut Seni Indonesia, ada pula penari dari Sanggar Surya Sumirat, Semarak Candrakirana, Wayang Orang Sriwedari, hingga Moncar Iswara yang mendukung pementasan itu.

Pohon beringin besar di sisi panggung dieksplorasi sebagai tempat bergelantungan pasukan kera yang dipimpin Hanoman. Tata suara yang digunakan cukup sempurna untuk sebuah pementasan opera luar ruang.

Untuk mempermudah penonton memahami cerita wayang itu, seorang pria yang berperan sebagai dalang beberapa kali tampil di panggung, berdialog dengan pemain maupun pemusik. Sembari berdialog, mereka memberi penjelasan soal alur cerita sembari melempar banyolan segar.

Pemusik gamelan yang dipimpin oleh komposer Dedek Wahyudi membawa suasana segar dalam pementasan itu. Gamelan racikannya memiliki warna klasik, jazz, hingga hip-hop, dan berhasil mendapat apresiasi penonton dengan cara bertepuk tangan.

Nanang Priyana adalah salah seorang di antara penonton yang mengaku sangat menikmati penampilan penari dan pemusik dalam opera itu. Hanya, pria asal Ciamis itu tidak terlalu bisa mengikuti alur ceritanya. "Saya tidak paham bahasa Jawa." *

AHMAD RAFIQ (Sala)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cerita Wayang Kulit Indonesia yang Digemari di Luar Negeri

20 November 2021

Konvensi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Pedalangan dan Pewayangan di Yogyakarta, Jumat, 19 November 2021. Tempo/Pribadi Wicaksono
Cerita Wayang Kulit Indonesia yang Digemari di Luar Negeri

Wayang kulit merupakan salah satu karya adiluhung Indonesia telah diakui oleh UNESCO melalui penetapan resmi pada 2003.


Jadi Hiburan, Wayang Potehi pun Digelar dengan Guyonan ala Jawa

21 Januari 2019

Pementasan wayang potehi di Klenteng Sin Tek Bio dalam perayaan Dewa Bumi Hok Tek Ceng Sin, Minggu, 20 Januari 2019 (TEMPO/Bram Setiawan)
Jadi Hiburan, Wayang Potehi pun Digelar dengan Guyonan ala Jawa

Wayang potehi dipentaskan pada 20-21 Januari dalam perayaan ulang tahun Hok Tek Ceng Sin, atau Dewa Bumi untuk kemakmuran dan jasa.


Pesan di Balik Cerita Wayang Kulit pada Ulang Tahun ke-7 NasDem

11 November 2018

Sejumlah artis Ibu Kota dari Partai NasDem berfoto bersama sebelum mendaftarkan diri menjadi bakal calon legislatif (caleg) di kantor KPU, Jakarta, Senin, 16 Juli 2018. NasDem mengajukan 20.391 calon anggota legislatif, mulai tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga DPD, di antaranya artis Nafa Urbach, Tessa Kaunang, Addies Adelia, dan Krisna Mukti. TEMPO/M Taufan Rengganis
Pesan di Balik Cerita Wayang Kulit pada Ulang Tahun ke-7 NasDem

Pertunjukan wayang kulit semalam suntuk ini digelar pada hari ke-2 perayaan ulang tahun NasDem di Karanganyar, Jawa Tengah.


Ulang Tahun NasDem ke-7 Diwarnai Pertunjukan Wayang Kulit

11 November 2018

Ketua Umum Partai Nasdem dan Wakil Presiden Jusuf Kalla hadir dalam acara penutupan pekan orientasi calon legislatif Partai Nasdem di Hotel Mercure Ancol, Jakarta pada Senin, 3 September 2018.  TEMPO/Dewi Nurita
Ulang Tahun NasDem ke-7 Diwarnai Pertunjukan Wayang Kulit

Acara ulang tahun NasDem di Karanganyar, Jawa Tengah, akan ditutup dengan pembekalan calon legislatif partai di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.


Dalang Favorit Jokowi Meriahkan Pagelaran Wayang di Ultah PDIP

27 Januari 2018

Pagelaran wayang dengan lakon Bima Jumeneng Guru Bangsa yang dihadiri Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Mendagri Tjahjo Kumolo di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, 27 Januari 2018. TEMPO/Dewi Nurita
Dalang Favorit Jokowi Meriahkan Pagelaran Wayang di Ultah PDIP

Menurut panitia acara pagelaran wayang, Ki Purwo Asmoro yang tampil di acara ulang tahun PDIP ini adalah dalang favorit Presiden Jokowi.


Megawati Soekarnoputri Hadiri Pagelaran Wayang di Tugu Proklamasi

27 Januari 2018

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, memotong tumpeng saat menghadiri pagelaran wayang dengan lakon Bima Jumeneng Guru Bangsa di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, 27 Januari 2018. TEMPO/Dewi Nurita
Megawati Soekarnoputri Hadiri Pagelaran Wayang di Tugu Proklamasi

Megawati mulai menyukai wayang sejak kecil karena ayahnya, Presiden RI ke-1 Soekarno kerap menggelar pertunjukan wayang di Istana.


Wayang Kulit Ambil Bagian dalam Festival Europalia di Belgia

11 November 2017

Dalang Ki Purbo Asmoro mengajarkan siswa memainkan wayang kulit di Jakarta Intercultural School (JIS) Elementary, Jakarta, 2 November 2017. Tempo/Ilham Fikri
Wayang Kulit Ambil Bagian dalam Festival Europalia di Belgia

Wayang kulit menjadi salah satu benda seni yang dipamerkan dalam rangkaian Festival Europalia Indonesia di museum Kota Binche.


Ada Wayang Kulit dalam Star Trek: Discovery, Karakter Siapa?

26 September 2017

Wayang kulit karakter Gatotkaca hadir di serial Star Trek: Discovery. (Star Trek: Discovery)
Ada Wayang Kulit dalam Star Trek: Discovery, Karakter Siapa?

Ada wayang kulit dalam serial televisi Star Trek: Discovery episode terbaru yang tayang pada akhir pekan lalu.


PT KAI Sumbang Wayang Orang Sriwedari Solo Uang Rp 223 Juta

7 Juli 2017

Dua orang seniman berlakon sebagai Petruk dan Gareng dalam pertunjukan kesenian wayang orang yang berjudul Jayabaya Mukswa di Gedung Wayang Orang Sriwedari, Surakarta (31/3). TEMPO/ Nita Dian
PT KAI Sumbang Wayang Orang Sriwedari Solo Uang Rp 223 Juta

Pada Maret lalu, PT KAI juga menyerahkan bantuan senilai Rp 150 juta untuk gedung kesenian itu.


Ulang Tahun ke-44, DPP PDIP Gelar Wayang Kulit  

28 Januari 2017

ANTARA/Zabur Karuru
Ulang Tahun ke-44, DPP PDIP Gelar Wayang Kulit  

Hasto menambahkan, dari cerita pewayangan bisa dilihat berbagai bentuk tipu muslihat yang ditampilkan Kurawa.