Cerita Rakyat Bajo Terancam Punah
Senin, 6 November 2006 15:51 WIB
TEMPO Interaktif, Surabaya:Iko-iko atau cerita rakyat masyarakat suku Bajo yang tinggal di Pulau Sapeken, Kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, terancam punah. Kini tinggal satu orang yang bisa membawakan cerita rakyat ini, yakni Wak Najan, yang berusia sekitar 50 tahun. "Ia menguasai iko-iko karena mewarisi kemampuan bercerita iko-iko dari orang tuanya," kata Chandra Nuraini, peneliti dan pengajar etnolinguistik Universite de La Rochelle, Prancis. Chandra Nuraini selama empat tahun terakhir melakukan penelitian di Sapeken. Penelitian ini dilakukan bersama Dr Nanny Ismail, ahli sosiolinguistik, yang juga Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Prancis Universitas Padjadjaran, Bandung. Hasil penelitian ini mereka presentasikan di gedung rektorat kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Jumat lalu. Menurut Chandra, sastra lisan iko-iko ini dulu berkembang secara turun-temurun dari mulut ke mulut. Cerita rakyat yang selalu berkisah tentang kepahlawanan dan kejantanan ini dibawakan selama enam jam. Cerita itu dibawakan dengan cara dinyanyikan layaknya kidung sembari tiduran karena ceritanya sangat panjang. Ciri khas iko-iko adalah selalu dikisahkan adanya sosok yang gagah berani menghadapi perompak dan perempuan jelita yang menjadi rebutan. Generasi muda Bajo sekarang, tutur Chandra, belum ada yang mewarisi iko-iko yang memiliki banyak versi dan judul kisah itu. Untuk menjaga agar iko-iko tidak hilang ditelan bumi, Chandra mendokumentasikannya dan melakukan transliterasi untuk selanjutnya diterbitkan menjadi buku. Selain itu, berdasarkan penelitian itu, masyarakat suku Bajo di Sapeken memiliki kebanggaan dan kesetiaan pada bahasanya. Namun, bahasa Bajo adalah bahasa lisan yang tidak diajarkan di sekolah sehingga ada kekhawatiran punah di kemudian hari. SUNUDYANTORO