TEMPO.CO, Jakarta - Bagi sutradara Hanung Bramantyo, menggarap film biografi bukan hal baru. Sineas peraih dua Piala Citra ini telah berkali-kali mengangkat profil tokoh-tokoh besar ke layar lebar.
Pada 2010, Hanung Bramantyo mengusung perjuangan Ahmad Dahlan, tokoh di balik berdirinya Muhammadyah. Film bertajuk Sang Pencerah itu menjadi yang terlaris pada tahun 2010 dengan 1,1 juta penonton.
Baca juga: Filmnya Soal Poligami, Hanung Bramantyo Tegaskan Antipoligami
Tiga tahun kemudian, Hanung Bramantyo melahirkan film Soekarno: Indonesia Merdeka yang menyerap 960 ribu penonton lebih. Dan tahun lalu, Hanung Bramantyo melepas biografi Rudy Habibie yang mengumpulkan lebih dari 2 juta penonton. Tahun ini, Hanung Bramantyo menyiapkan film biografi anyar, Kartini. Meski telah berkali-kali menggarap film biografi, Hanung menyebut Kartini memiliki level kesulitan tersendiri.
“Membuat film biopik, apalagi sebuah film periodik, tidak bisa main-main. Salah satu kendala paling besar dalam film Kartini, menyiasati lokasi yang sudah tidak otentik lagi. Otentisitas sangat penting. Lewat otensitas di set lokasi, kostum, maupun properti yang ditampilkan di layar, penonton tahu, seperti apa hidup di masa lalu yang sesungguhnya. Kita tahu, emosi karakternya seperti apa,” kata Hanung di Jakarta, Jumat, 10 Maret 2017 kemarin.
Mengingat suasana sudah tidak otentik, mau tak mau Hanung Bramantyo bersama produser Legacy Pictures Robert Ronny mesti membangun kembali suasana Jepara pada akhir abad 19. Dari sini jelas sudah tantangan membuat film Kartini adalah bujet yang tidak sedikit.
Hanung dan Robert mencontohkan, kendaraan yang dipakai Kartini harus dibuat lagi. Penata artistik membuat beberapa kereta kuda. Satu kereta kuda anggarannya mencapai Rp 150 juta. Hanung menambahkan, “Banyak ruang yang sudah berubah. Bahkan, sudah tidak ada lagi jejak masa lalunya. Sudah benar-benar dirombak. Mau tidak mau, kami membangun set lagi, termasuk untuk rumah kediaman Kartini. Nilainya hampir 10 persen dari total produksi.”
Film Kartini bertabur bintang film papan atas, di antaranya Dian Sastrowardoyo, Acha Septriasa, Ayushita, Adinia Wirasti, Reza Rahadian, hingga kolektor 7 Piala Citra, Christine Hakim. Film ini akan diluncurkan sehari sebelum Hari Kartini, 20 April 2017. *
Tabloidbintang.com