TEMPO.CO, Jakarta - Gitaris grup musik Slank, Ridho Hafiedz, berencana meluncurkan album bersama musikus Ambon, Bing Leiwakabessy, 94 tahun.
Album tersebut berisi sepuluh lagu Ambon yang dimainkan secara instrumental, tanpa lirik atau musik vokal. Semua musik dihasilkan melalui alat musik steel guitar yang dibawakan Bing Leiwakabessy dan gitar oleh Ridho Hafiedz. "Insya Allah 5 Mei (dirilis). Project ini sudah hampir empat tahun gue bikin sama Opa," kata Ridho dalam acara #MusikBagus Day, di Jakarta, Kamis malam, 9 Maret 2017.
Baca juga: Ridho Slank Bangun Sekolah Musik
Kolaborasi tersebut berawal dari kesukaan Ridho terhadap musik Lautan Teduh atau lagu Hawaian. Namun, Ridho mengatakan pertemuannya dengan Bing awalnya hanya sebatas silaturahmi.
"Sudah lama pengen ketemu, tapi enggak pernah ketemu, which is sekitar empat tahun hampir lima tahun yang lalu gue ketemu. Memang gue kan orang Ambon, jadi gue pulang-pergi, pas lagi liburan ketemuan," kata Ridho Slank.
Saat itu, Ridho mengaku belum terpikir untuk membuat karya kolaborasi. Sesampainya di Jakarta, Ridho mendapat ide untuk membuat album rekaman, "Ada lima-enam kali gue bolak-balik Jakarta Ambon," ujar Ridho.
Terbilang lama untuk menelurkan sebuah album, Ridho mengaku terkendala masalah dana. "Sebenarnya empat tahun itu cari investor susah banget. Dari pemda enggak ada respons, ya sudah akhirnya gue berusaha dari uang pribadi gue sendiri buat menjalankan ini," ujar Ridho.
Untuk urusan pascaproduksi, Ridho dibantu rekannya Glenn Fredly melalui gerakan yang digawanginya #MusikBagus. Dengan memberi judul Legacy, Ridho berharap album tersebut menjadi warisan, tidak hanya warisan untuk Ambon, tapi juga untuk Indonesia.
"Ini sudah lebih dari fans sih, lebih kepada ini momen. Dan, gue enggak mau ngelewatin momen itu, dan ini sebenarnya bentuk kecil gue untuk mendukung kampung halaman gue," ujar Ridho.
Terkait dengan rencana pemerintah yang mencanangkan Ambon sebagai kota musik, Ridho mengatakan butuh langkah konkret dari pemerintah. "Banyak yang harus dikerjakan, bukan hanya pencetusan itu saja sebenarnya, tapi butuh langkah konkret," kata Ridho.
"Ada banyak banget sebenarnya, kayak pemda sana harus bergerak juga. Bagaimana mungkin sebagai city of music tapi di sana lebih banyak pemain-pemain organ tunggal misalnya. Kita butuh musik-musik organik, live music yang ada drum, gitar. Mereka enggak ada tempat," kata Ridho.
Meski demikian, Ridho mengapresiasi langkah pemerintah untuk mencanangkan Ambon sebagai kota musik. "Bak gayung bersambut," kata Ridho, karena tanpa ada predikat Ambon itu pun, menurut Ridho, Ambon telah menjadi kota musik yang banyak menghasilkan lagu pure untuk Indonesia. *
ANTARA