Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Karya Penanda Era

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Sebuah pameran menarik digelar di Jogja Gallery, Yogyakarta. Inilah karya-karya terbaik di zamannya, karya-karya yang menjadi penanda zaman. Pameran bertajuk "Icon: Retrospective" ini berlangsung 20 September hingga 19 November 2006. Pameran yang dibuka Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X ini sekaligus menandai peresmian galeri baru ini.Menikmati karya-karya yang dipamerkan itu seperti sedang melihat perjalanan kesenian di Yogyakarta. "Pameran ini memang berdimensi historis dan bersifat retrospektif," ujar Dwi Marianto, kurator pameran. Karena itu, penyelenggara sengaja memilah-milah karya sesuai dengan eranya, mulai 1970 hingga 2000. Tak ketinggalan sebuah karya Affandi yang mewakili era sebelum 1970.Era 1970 dipilih sebagai pembatas, menurut Dwi, karena era itu dianggap sebagai tahun-tahun yang menandai perubahan besar perkembangan seni rupa, baik di Yogyakarta maupun di Indonesia. Pada era itulah dimulainya Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia yang dipicu oleh keresahan estetik beberapa mahasiswa Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia ASRI Yogyakarta dan Jurusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung.Begitu memasuki pintu utama Jogja Gallery, pengunjung langsung dihadang lukisan karya Fadjar Sidik, Widayat, dan Aming Prayitno. Di sana juga ada Patung Pembebasan Papua dan Patung Monumen Dirgantara karya Edhi Sunarso, meski hanya dalam bentuk miniaturnya. Juga lukisan karya Made Wianta serta patung-patung karya G. Sidharta.Masih di era 1970, pengunjung juga bisa menikmati sejumlah karya lukis Sudarisman dan Suatmadji di samping patung karya F.X. Harsono serta seni rupa pamflet karya Bonyong Munny Ardhi dan Hardi. Tak ketinggalan, sejumlah karya Haris Purnomo, Tulus Warsito, Ivan Hariyanto, dan Ronald Manulang.Era 1980 diwakili karya instalasi Moelyono, yang menempatkan sebuah mimbar lengkap dengan perangkat pengeras suara. Di depan mimbar tergelar tikar. Di atas tikar dijejer beberapa pincuk (wadah makan yang terbuat dari daun pisang) berisi tanah, sayuran, dan bonggol singkong.Pengunjung juga bisa menikmati sejumlah lukisan karya Nia Fliam, Agus Ismoyo, Edhie Hara, Heri Dono, Agus Kamal, Boyke Aditya Krisnha, I Gusti Nengah Nurata, Ivan Sagito, Sucipto Adi, Luicia Hartini, dan Linda Kaun serta seni instalasi karya Nindityo Adipurnomo dan Mella Jaarsma.Sedangkan era 1990 diwakili karya instalasi Dadang Christanto, patung karya Anusapati serta lukisan perupa Djoko Pekik, Entang Wiharso, Nasirun, Agus Suwage, Agung Kurniawan, dan Hanura Hosea. Selain itu, ada sejumlah karya dari Kelompok Seni Rupa Jendela, seperti lukisan karya Jumladi Alfi serta seni instalasi karya Yusra Martunus, Handiwirman, Yunizar, dan Rudi Mantofani.Panitia mengusung pula sejumlah karya lukis yang mewakili kecenderungan abstrak ekspresionis seperti karya Made Sukadana, I Made Sumadiyasa, Putu Sutawijaya, dan I Nyoman Sukari. Itu di samping seni keramik karya Noor Sudiyati, yang dianggap sebagai pelopor seni keramik gaya baru Yogyakarta. Juga hadir dokumentasi foto dan video pertunjukan karya Iwan Wijono serta lukisan karya Ugo Untoro dan lukisan karya S. Teddy D., yang sering membubuhkan puisi di lukisannya.Era 2000 diwakili karya-karya mural dari kelompok Apotik Komik dan Yogyakarta Urban Art Movement serta karya-karya grafis dari Komunitas Seni dan Budaya Taring Padi. Ada pula patung karya I Nyoman Masriadi dan karya-karya berbasis fotografi dari kelompok Ruang MES 56. Terlihat pula patung karya Abdi Setiawan serta lukisan karya Eko Nugroho, Budi Kustarto, dan Sigit Santosa.Memboyong 85 karya seni dari 68 perupa ke ruang pamer jelas bukan pekerjaan mudah bagi duet kurator Mikke Susanto dan Dwi Marianto. Apalagi keduanya harus memilih karya-karya terbaik dari sang seniman yang menjadi penanda untuk zamannya. Kedua kurator ini harus telaten merayu kolektor seperti Oei Hong Djien agar menghadirkan karya instalasi Dadang Chistanto.Keduanya juga harus telaten merayu perupa Djoko Pekik agar mau menyerahkan dua karya monumentalnya, yakni lukisan Raja Celeng (1996) dan lukisan Kawula Gonjang-ganjing (1989).HERU CN
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

32 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

38 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.