Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Melunturkan Ego

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Sebuah meja persegi panjang diletakkan begitu saja di tengah bidang. Meja itu tak berdiri tegak, sedikit doyong. Kaki penyangganya hanya tiga, tidak empat seperti umumnya. Itu pun retak di sana-sini sehingga tidak kukuh.Table Generation, begitu judul lukisan dry point on paper karya Ay Tjoe Christine. Lukisan ini dibuat dua versi sekaligus, yakni Table Generation 1 dan Table Generation 2. Karya-karya perupa asal Bandung, Jawa Barat, kelahiran 27 Desember 1973 itu tengah dipajang dalam pameran lukisan tunggal bertajuk "Eksekusi Ego" di Edwin's Gallery Kemang, Jakarta, 21 September-1 Oktober 2006.Ay Tjoe Christine adalah lulusan seni grafis Institut Teknologi Bandung. Pada 2001, karyanya masuk Top 5 of Phillip Morris Indonesian Award. Dia juga pernah mendapatkan Scholarship in Stiftung Kuenstlerdorf Schoeppingen Jerman pada 2004. Berbagai pameran telah dia lakukan, di dalam dan luar negeri, seperti di London, Jerman, Jepang, Singapura, Korea, Prancis, Cina, Hong Kong, dan Amerika Serikat.Bagi Christine, sapaan akrabnya, eksekusi ego lahir karena lengang hati. Kerelaan yang muncul dari dalam sebagai upaya mengubah kualitas kemanusiaan dan kebersamaan. Di sini, eksekusi ego dikaitkan dengan pertahanan fisik secara material.Pandangan tentang kebersamaan itu tidak muncul begitu saja. Awalnya, Christine merasa sendiri adalah mapan. Semua terfokus untuk diri sendiri dan tidak perlu membagi isi kepala atau isi hati dengan yang lain. Ini adalah puncak kekuatan ego. Setiap bertemu dengan banyak orang yang terasa adalah keterikatan tubuh, material, dan psikologis.Tapi begitu dihadapkan pada satu orang berbeda, ada keharusan menyesuaikan diri. Pilihannya hanya dua: menolak atau berbagi, dan akhirnya menerima. Persoalan akan bertambah kompleks seiring dengan meningkatnya jumlah orang. Setiap orang akhirnya berpikir bahwa dia punya batas untuk terlibat dengan orang lain, apalagi dalam skala lebih besar. Mungkin di sini ego eksklusif lebih bersifat perekat untuk masuk ke lebih banyak orang.Dia juga membuat beberapa versi lukisan pencil on paper (drawing) kumpulan manusia, seperti Berdelapan?, Bersepuluh?, Berduabelas?, Berduapuluh?, dan Bertigapuluh?. Sejumlah orang berangkulan. Ada yang bergandengan tangan membentuk satu poros. Di beberapa bagian, kaki atau tangan tampak menjulur ke luar pusat kerumunan, sebagian yang lain bertumpuk-tumpuk. Christine merasa ada di dalam kerumunan itu.Bentuk tubuh orang-orang itu digambarkan tidak utuh. Ada kalanya orang berangkulan seperti terikat itu menggambarkan dua pertiga orang dalam satu posisi. Ini sebagai simbol dibongkarnya pertahanan fisik seseorang agar lebih mudah menyatu dengan yang lain. Untuk bisa menyatu sampai bertiga puluh, masing-masing individu harus meruntuhkan fisik serta merusak sebagian atau sekian persen pertahanan dirinya.Ada juga karya-karya obyek (instalasi) berjudul 3x3 atau 5x1. Dalam 3x3, empat sosok berdiri tidak beraturan. Ada yang berdua dan ada yang sendiri. Sosok-sosok itu tampil tanpa ekspresi, mereka menunduk. Christine juga tak menampilkan mereka secara sempurna. Tangan dan kaki yang dianggap tidak perlu tampil sempurna diganti dengan kawat membentuk garis seperti teknik drawing.Obyek itu terjepit dalam ruang kecil berdinding kaca. Mereka tidak leluasa bergerak bagai orang yang terhukum, bukan secara fisik, melainkan psikologis. "Ini menunjukkan bahwa orang tidak sendiri posisinya," paparnya.Kurator Edwin Rahardjo menilai, melalui obyek, Christine bukan ingin menonjolkan sifat tiga dimensi. Di sini dia menampilkan garis, tekstur, dan bidang yang pencapaiannya tidak mungkin didapat dalam karya dua dimensi dengan media kertas ataupun kanvas. Dia menggunakan garis untuk menunjukkan dimensi dan sebaliknya, obyek yang tiga dimensi justru digambarkan seolah terbuat dari garis."Secara visual, dia bermain dengan bentuk obyek yang ekstrem," kata Edwin.RETNO SULISTYOWATI
Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

27 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

34 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.