Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gagap Bahasa di Panggung Teater

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang banyak digunakan untuk berkomunikasi di negeri ini. Namun, kenyataan itu sepertinya tidak berlaku untuk dunia panggung. Faktanya, sangat sulit menemukan pertunjukan berbahasa Jawa yang baik, kecuali di dunia kesenian tradisional, seperti wayang atau ketoprak.Hal tersebut bisa dibuktikan ketika Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah dan Taman Budaya Jawa Tengah menggelar Festival Sandiwara Bahasa Jawa, Kamis dan Jumat pekan lalu. Keenam kelompok penyaji yang mewakili eks karesidenan di Jawa Tengah adalah kelompok dadakan alias diada-adakan karena ada festival. Mereka bukan merupakan teaterawan yang menjadikan pementasan berbahasa Jawa sebagai "darah daging" mereka."Penyelenggara sepertinya hanya mengejar seremonial tanpa memperhitungkan pembinaan sebelumnya," kata Hanindawan, tokoh teater di Solo, yang ditunjuk menjadi salah satu anggota dewan juri. Pembinaan yang dimaksud Hanindawan adalah memberikan fasilitas bagi pertumbuhan teater atau kelompok sandiwara berbahasa Jawa.Festival itu memperlihatkan, selain Teater Gapit Solo yang eksistensinya kembang kempis, di Jawa Tengah sebenarnya tak ada lagi kelompok yang intens dengan bahasa Jawa. Walhasil, enam lakon yang dimainkan enam kelompok itu pun tergagap-gagap dengan bahasa ibu mereka sendiri. "Mereka sering kagok dengan idiom Jawa," ujar Hanindawan.Semua kelompok penyaji yang terdiri atas anak-anak sekolah menengah atas itu memilih menggunakan pendekatan teater modern. Secara keseluruhan bisa dibilang tidak bisa ditemukan seni pertunjukan tradisi yang menjadi roh dalam pertunjukan sandiwara mereka. "Menyaksikan sandiwara berbahasa Jawa tak ubahnya melihat teater pada umumnya, hanya berganti bahasa tuturnya," kata Ayub, salah seorang penonton, memberi komentar.Penuturan Ayub bisa dibuktikan lewat pementasan wakil dari Kabupaten Pati dengan lakon berjudul Minyik karya Dwi Riyanto. Kelompok ini sepenuhnya menggunakan pendekatan teater modern, dari set panggung hingga blocking pemain. Dalam iringan musiknya pun tak terdengar sentuhan gamelan karena mereka menggunakan organ. Mereka juga terlihat sangat ketat dengan teks, sesuatu yang tidak biasa dalam teater Jawa, yang longgar terhadap teks. "Namun, irama mereka terjaga, ditopang dengan kemampuan akting pemainnya yang merata," kata Hanindawan.Aktor Teater Gapit, Pelog Sutrisno, menilai kelompok-kelompok penyaji terkesan berupaya mendekatkan diri dengan kultur Jawa. Ini dilakukan misalnya dengan mengusung properti orang-orang desa ke atas panggung. Cara tersebut justru membuat penampilan mereka terasa kaku dan tidak wajar. Apalagi ketika si aktor terjebak dengan ungkapan keseharian yang terkadang mencampurkan bahasa Jawa dengan ungkapan verbal yang asal-usulnya tak jelas. "Banyak penampilan mereka yang justru terjebak oleh idiom yang ingin dikesankan sebagai kultur Jawa," kata Pelog.Kelompok dari Pati itu akhirnya dinobatkan sebagai penyaji terbaik. Sementara itu, kelompok dari Kabupaten Magelang ditetapkan sebagai penyaji terbaik kedua yang membawakan lakon Klilip karya E. Yuliastuti. Sedangkan kelompok dari Semarang, yang tampil dengan lakon Salah Pangerten, menjadi juara ketiga. "Selain pendekatan yang kagok atau tanggung, keterbatasan naskah sandiwara berbahasa Jawa merupakan persoalan tersendiri," kata HanindawanTerlepas dari kualitas penyelenggaraan festival tersebut, kata Hanindawan, kegiatan tahunan ini memang perlu mendapat apresiasi, kalau memang tujuannya mengembangkan bahasa Jawa berkaitan dengan seni pertunjukan. Hanya, dinas pendidikan provinsi seyogianya menyemangati pertumbuhan teater berbahasa Jawa, tidak sekadar membuat festival. "Paling tidak, festival ini memberikan kesempatan bagi penggiat teater Jawa untuk berekspresi," kata Pelog.Imron Rosyid
Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang

9 jam lalu

Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang

Festival yang menggelar beragam atraksi budaya diyakini mampu menghasilkan dampak positif untuk perekonomian.


Wali Kota Padang Mensyukuri Suksesnya Festival Rakyat Muaro Padang

2 hari lalu

Wali Kota Padang Mensyukuri Suksesnya Festival Rakyat Muaro Padang

Sederet pertunjukan seni budaya dipertontonkan selama tiga hari. Diharapkan generasi muda bisa melestarikan warisan budaya.


3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

50 hari lalu

Puluhan ribu warga berpartisipasi dalam Festival Kanda Matsuri, Tokyo. Foto: @tokyoartsandculture
3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

Tiga festival budaya Jepang terbesar yang dirayakan di tanah Jepang.


Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

21 Desember 2023

Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

Festival ini menjadi langkah awal dalam menumbuhkan kepedulian terhadap budaya dan melestarikannya untuk generasi mendatang.


Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

28 November 2023

Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

Pemerintah Kabupaten Keerom melaksanakan Festival Budaya Keerom Ke VIII yang dilaksanakan di Lapangan Sepak Bola Swakarsa


Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

21 November 2023

Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

Ketahanan Pangan sebagai Modal Utama Dalam Implementasi Program Pemajuan Kebudayaan Desa" dan Galang Gerak Budaya Di Kawasan Tapal Kuda


Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

6 November 2023

Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

Ribuan masyarakat Kabupaten Keerom tumpah ruah memadati Lapangan Sepakbola Swakarsa, Arso, dalam memperingati Festival Seni Budaya dan Persembahan Hasil Bumi Klasis GKI Keerom, Senin, 6 November 2023.


Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

17 Oktober 2023

Festival budaya Bastar Dussehra di India (utsav.gov.in)
Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

Festival budaya Bastar Dussehra sudah berusia lebih dari 600 tahun di India Tengah, dimulai oleh keluarga kerajaan.


Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

24 September 2023

Festival Budaya Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.Dok. BPPD NTB
Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

Tradisi Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang kaya dan unik.


Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

27 Agustus 2023

Haeundae Beach, salah satu pantai yang populer di kota Busan. Selain jadi tujuan bisnis dan MICE, Busan juga menjadi kota wisata leisure. Foto: @the.rhodes.we.travel
Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

Penggemar budaya Korea bisa menikmati pilihan kegiatan menarik, hingga mendapatkan harga promosi tiket wisata ke Korea di festival itu.