Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sepasang Pengantin Gempa

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Yogyakarta: SEPASANG pengantin sedang dinikahkan oleh penghulu. Wajah kedua pengantin itu terlihat tidak gembira. Raut muka mereka getir. Pengantin perempuan, yang mengenakan baju merah dengan untaian melati menghiasi rambut gelungnya, tengah membubuhkan tanda tangan pada buku nikah. Wajah para saksi pernikahan itu juga tampak menahan duka. Acara ijab kabul sepasang pengantin itu dilakukan di atas hamparan meja. Tepatnya daun pintu yang disulap menjadi meja. Di sisi kanan, kiri, dan belakang tampak rumah-rumah yang roboh. Bangunan joglo hanya tersisa puing-puingnya. Peristiwa itu terlihat dalam lukisan Manten Gempa karya pelukis kondang Djoko Pekik, yang kini dipamerkan dalam pameran seni rupa "Lindu" di Bentara Budaya Yogyakarta, 16-26 September 2006. Pameran yang menampilkan 30 karya perupa ini sekaligus menjadi puncak peringatan Septemberan yang digelar Bentara Budaya Yogyakarta setiap tahun. Lukisan cat minyak di atas kanvas 150 x 115 sentimeter karya Djoko Pekik itu dibuat beberapa saat setelah gempa bumi mengguncang Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah pada 27 Mei lalu. Idenya didasarkan pada kisah nyata. Saat terjadi gempa itu, sejumlah pengantin tetap melangsungkan perkawinan mereka meski dalam kondisi susah. Karya lain yang ditampilkan dalam pameran itu milik Yuswantoro Adi, pelukis asal Semarang yang menetap di Yogyakarta. Lewat karyanya yang berjudul Pilih Sendiri Peranmu, Yuswantoro memprediksi gempa bakal lebih hebat berkekuatan 30.000.000 SR. SR di sini bukan skala Richter, melainkan skala rupiah. Dalam lukisan itu tampak seorang pejabat sedang menyerahkan kertas bertulisan 30.000.000 SR kepada korban gempa. Sedangkan di belakang pejabat itu tampak masyarakat kebingungan dan saling berebut bantuan makanan. Perkelahian di antara mereka terjadi untuk memperoleh bantuan itu. Yuswantoro mengatakan, beberapa saat setelah gempa, pemerintah menjanjikan bantuan masing-masing Rp 30 juta kepada warga yang rumahnya roboh. Tapi pada hari-hari berikutnya angka itu terus menyusut. "Kondisi itu tentu membuat masyarakat makin resah dan memicu terjadinya gempa susulan yang lebih dahsyat," kata Yuswantoro. Beragam ide kreatif ditampilkan dalam pameran ini. Lihat lagi karya Agapetus Kristiandana berjudul Lindunesia Raya. Agapetus membuat patung perunggu berbentuk seekor sapi. Sapi itu terlihat sangat gemuk. Di sekujur tubuhnya dihiasi kepulauan di Indonesia. Tengok pula karya Hari Budiono, seniman lukis yang juga aktif di majalah kebudayaan Basis di Yogyakarta. Hari menyertakan karya berjudul Lindhu Hatiku, lukisan cat minyak di atas kanvas berukuran 145 x 145 sentimeter. Dalam lukisan itu, seorang perempuan tua ompong sedang membawa tempat nasi yang masih kosong. Menurut kurator pameran, Dr Sindhunata, gempa yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya bukan lagi sekadar bencana alam. Gempa itu telah menjelma menjadi bencana sosial, bencana politik, bencana psikis, bahkan berubah menjadi bencana kultural. "Agar tidak menjadi bencana kultural, kelompok-kelompok seni dan budaya tidak boleh tinggal diam," ujarnya. Dalam kondisi seperti ini, dia melanjutkan, seni ditantang untuk turun tangan. Sebab, seni menyimpan ingatan-ingatan, misalnya mitos, yang sering kali disepelekan oleh kemajuan teknologi. "Seni juga tak boleh diam karena seni adalah kandungan kreativitas kebebasan dan moral yang harus mengkritisi dan menyikapi dampak-dampak ikutan dari bencana alam." l SYAIFUL AMIN
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

1 detik lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Jadwal Timnas Indonesia Terdekat, Lawan Irak dan Filipina di Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada Juni

3 menit lalu

Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026. PSSI
Jadwal Timnas Indonesia Terdekat, Lawan Irak dan Filipina di Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada Juni

Jadwal timnas Indonesia vs Irak di kualifikasi Piala Dunia 2026 pada 6 Juni 2024, berikutnya lawan Filipina lima hari setelahnya.


Bawaslu Tak Singgung Nepotisme dalam Sidang MK, Tim Amin: Kalau Tidak Bantah, Artinya Sudah Terjadi

15 menit lalu

Ketua Tim Hukum Nasional AMIN Ari Yusuf Amir (tengah) bersama anggotanya saat jeda sidang kedua sengketa Pilpres di Gedung MK, Jakarta Pusat pada Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Bawaslu Tak Singgung Nepotisme dalam Sidang MK, Tim Amin: Kalau Tidak Bantah, Artinya Sudah Terjadi

Tim Hukum Nasional Paslon 01 menyoroti bahwa secara tak langsung Bawaslu mengakui adanya nepotisme.


Kemenaker Sebut THR Ojol Belum Wajib Tahun Ini, Baru Dibahas Setelah Lebaran

19 menit lalu

Pengemudi ojek daring tengah menunggu penumpang di dekat Stasiun Sudirman, Jakarta, Selasa 19 Maret 2024 Kementerian Ketenagakerjaan telah menyatakan bahwa pengemudi ojek daring dan kurir logistik berhak mendapatkan tunjangan hari raya atau THR keagamaan. TEMPO/Tony Hartawan
Kemenaker Sebut THR Ojol Belum Wajib Tahun Ini, Baru Dibahas Setelah Lebaran

Aturan baru perihal perlindungan, jaminan sosial, termasuk THR kepada pengemudi ojek online (ojol) dan kurir baru akan dibahas setelah lebaran.


Indeks Keselamatan Jurnalis 2023: Ormas dan Polisi Paling Berpotensi Lakukan Kekerasan

23 menit lalu

Wartawan dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta menggelar aksi solidaritas untuk jurnalis Tempo Nurhadi, di kawasan Patung Kuda Arjuna Wijaya, Jakarta, Selasa, 11 Januari 2022. Jurnalis Tempo Nurhadi menjadi korban kekerasan ketika melaksanakan peliputan investigasi di Surabaya, Jawa Timur. TEMPO/Muhammad Hidayat
Indeks Keselamatan Jurnalis 2023: Ormas dan Polisi Paling Berpotensi Lakukan Kekerasan

Ormas dan kepolisian dianggap paling berpotensi melakukan kekerasan terhadap jurnalis.


Gunakan THR secara Bijak, Terapkan 8 Langkah Ini

40 menit lalu

Ilustrasi Uang THR. Shutterstock
Gunakan THR secara Bijak, Terapkan 8 Langkah Ini

THR atau Tunjangan Hari Raya kerap habis begitu saja setelah Lebaran. Begini cara bijak menggunakan THR?


Bukber Menteri Jokowi, Airlangga Ungkap Topik Pembicaraan Saat Duduk Semeja dengan Presiden dan Prabowo

43 menit lalu

Presiden Jokowi satu meja dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat mendengarkan kultum Wapres Ma'ruf Amin sebelum buka puasa bersama di Istana Negara, Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Bukber Menteri Jokowi, Airlangga Ungkap Topik Pembicaraan Saat Duduk Semeja dengan Presiden dan Prabowo

Apa yang Jokowi, Airlangga, dan Prabowo bahas?


Menjelang Mudik Lebaran 2024, Simak 5 Hal Ini

51 menit lalu

Ilustrasi arus mudik dan balik Lebaran. TEMPO/Hilman Fathurrahman
Menjelang Mudik Lebaran 2024, Simak 5 Hal Ini

Kementerian Perhubungan memprediksi puncak arus mudik Lebaran pada H-2 atau 8 April 2024


Kalimantan Timur Jadi Penerima Pertama Dana Karbon FCPF di Asia Pasifik

55 menit lalu

Monyet liar di hutan Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu, 28 Agustus 2019. Di kawasan yang akan menjadi lokasi ibu kota negara baru Indonesia itu masih banyak ditemui monyet-monyet liar. ANTARA
Kalimantan Timur Jadi Penerima Pertama Dana Karbon FCPF di Asia Pasifik

Kalimantan Timur menjadi penerima dana karbon pertama Forest Carbon Partnership Facility di Asia Pasifik.


Dokter Masih Mogok, Rumah Sakit Besar di Korea Selatan Tutup Bangsal

55 menit lalu

Para dokter mengambil bagian dalam protes terhadap rencana penerimaan lebih banyak siswa ke sekolah kedokteran, di depan Kantor Kepresidenan di Seoul, Korea Selatan, 22 Februari 2024. REUTERS/Kim Soo-Hyeon
Dokter Masih Mogok, Rumah Sakit Besar di Korea Selatan Tutup Bangsal

Korea Selatan menutup bangsal rumah sakit besar karena tak ada dokter.