TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi asal Amerika Serikat, Peabo Bryson, melemparkan puluhan bunga mawar merah kepada penonton dari panggung. Ia menyanyikan lagu berjudul A Song for You.
Vokalis beraliran musik R&B dan soul itu kemudian turun dari panggung, menghampiri penikmat konser musik Economics Jazz ke-22 di Grha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Sabtu malam, 3 Desember 2016. Ia mengajak semua orang berdiri dan menyanyi lagu berjudul Ain’t Nobody.
Peabo, yang berusia 65 tahun, menggenggam kain putih sebagai sapu tangan. Ia terlihat kepanasan dan menyeka keningnya beberapa kali. Tapi dia tetap bersemangat melantunkan lagu-lagu era 1980-an dan 1990-an. Ia membawakan 14 lagu selama 90 menit. Menjelang akhir konser, Peabo tampil berduet dengan penyanyi muda Indonesia yang sedang berkibar kariernya, Raisa Andriana. Duet romantis Peabo dan Raisa ini bukan kali pertama. Pada Agustus 2016, mereka pernah tampil sepanggung di Jakarta dalam konser yang berbeda.
Mereka kembali menyanyikan dua lagu soundtrack film animasi klasik produksi Walt Disney. Dua lagu peraih penghargaan musik bergengsi Grammy Award yang mereka bawakan berjudul Beauty and the Beast serta A Whole New World (film Aladdin). Layaknya adegan film Beauty and the Beast, Peabo, yang mengenakan jas warna merah, dan Raisa, yang bergaun putih, berdansa sebentar. Layar bergerak menyajikan gambar film romantis fantasi itu. Adapun film itu berkisah tentang si cantik Belle dan si buruk rupa.
Sehari sebelum konser berlangsung, Peabo kepada Tempo mengatakan musik yang bagus adalah musik yang bisa mengubah orang dan dunia menjadi lebih baik. “Lagu Beauty and the Beast mengajarkan orang untuk melihat hal-hal yang berbeda, budaya yang berbeda. Film itu juga menjadi film yang bertahan sepanjang masa,” kata Peabo seusai jumpa pers di Hotel Hyatt Regency Yogyakarta, Jumat, 2 Desember 2016.
Melalui musik, kata Peabo, anak-anak bisa belajar dan tumbuh dengan melihat banyak hal yang berbeda. Mereka mengingat tempat dan cara hidup yang berbeda-beda. Lagu membuat manusia lebih bergairah atau bersemangat, lebih toleran, dan bisa menjadi terapi. Dia mencontohkan penyanyi berpengaruh asal Amerika, James Joseph Brown.
James Brown selama ini dikenal hidup dalam kemiskinan dan mampu menjadi musikus dunia berpengaruh. Dia musikus legendaris yang merupakan aktivis gerakan hak-hak sipil. Orang juga mengenalnya sebagai The Godfather of Soul. “Lagu-lagu James Brown sederhana dan untuk pemberdayaan kulit hitam. Itu yang saya maksud dengan musik bisa mengubah dunia menjadi lebih baik,” kata Peabo.
Promotor Economic Jazz, A. Tony Prasetiantono, mengatakan musik jazz, R&B, dan soul bersifat inklusif. Musik milik semua orang, tanpa sekat dan perbedaan. Dia mengatakan Economic Jazz terus-menerus digelar di tempat yang sama, yakni Gedung Grha Sabha Pramana. “Agar gedung ini tak hanya dipakai untuk acara mantenan saja,” ucapnya.
SHINTA MAHARANI