TEMPO.CO, Jakarta - Pelukis senior Maria Tjui meninggal di Puncak, Bogor, Jawa Barat, Rabu, 16 November 2016. Ada satu cita-citanya yang belum terkabul, mendirikan museum pribadi di Bali.
Keponakan Maria, Tjendrawati Lawi, mengatakan Maria sempat berkeinginan membuat museum yang memuat hasil karyanya di Bali. "Museum itu akan diserahkan pada negara," kata Tjendrawati saat ditemui di rumah duka di Jakarta, Jumat, 18 November 2016.
BACA: Pelukis Maria Tjui Berpulang
Kepada Tempo pada Oktober 2006, Maria sempat mengungkapkan keinginannya membuat museum di Nusa Dua, Bali. Dia sudah menyiapkan tanah yang telah dibelinya beberapa waktu lalu. Rencananya, museum itu akan diisi dengan beberapa lukisan koleksi pribadi, keramik, cendera mata, dan barang-barang antik yang telah lama disiapkan. Untuk membangun museum itu, dibutuhkan biaya Rp 3-4 miliar. "Tapi saya belum punya uang untuk membangun," tuturnya waktu itu.
Bali dipilih karena kawasan wisata ini telah dikenal dunia. Selain itu, masyarakatnya sangat sayang dan hormat terhadap seni. Ini berbeda dengan Jakarta yang kegiatannya tidak berfokus pada seni, tapi lebih ke perdagangan dan industri.
Pelukis senior Maria Tjui tutup usia di rumah pribadinya di daerah Puncak, Jawa Barat. Maria meninggal di usia 82 tahun. Jenazah akan dikremasikan di Oasis, Tangerang, Sabtu, 19 November 2016.
Maria lahir di Pariaman, Sumatera Barat, pada 14 Mei 1934. Awalnya, dia belajar melukis di lingkungan Seniman Indonesia Muda, Yogyakarta, pada 1955-1958, di bawah bimbingan S. Sudjojono. Kemudian dia belajar seni patung di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), Yogyakarta, pada 1961-1963.
Lulus dari ASRI, dia terbang ke Bali dan tinggal di Desa Peliatan, Ubud. Di sana dia mendalami seni dan kehidupan rakyat Bali. Bersama sejumlah pelukis Peliatan, dia mendirikan Sanggar Purnama.
Pada 1967, dia melawat ke beberapa negara di Asia. Selama tiga tahun di mancanegara, beberapa kali dia menggelar pameran tunggal. Kemudian dia kembali ke Tanah Air dan melakukan berbagai pameran tunggal dan bersama.
Pada 1991, Maria kembali menggelar pameran bersama para pelukis dunia yang diwakili sekitar 67 negara. Pameran ini dimotori International Advisory Committee, Very Special Arts di John F. Kennedy Center, Washington, DC, Amerika Serikat. Karya-karyanya banyak dikoleksi pejabat dan tokoh masyarakat, salah satunya mantan presiden B.J. Habibie.
MARIA FRANSISCA | Y.Y.