TEMPO.CO, Jakarta - Pameran seni media instalasi Korea-indonesia kembali diselenggarakan. Tahun ini pameran yang diikuti oleh sembilan seniman kontemporer asal Indonesia dan Korea Selatan ini mengangkat tema Dialogue with the Senses.
"Kolaborasi antara digital dan analog, pameran ini merangsang beragam pengalaman sensoris untuk mendorong pengunjung terlibat dalam karya seni di berbagai tatanan," ujar kurator pameran seni Media Instalasi Korea-indonesia Jeong Ok Jeon, di Galeria Fatahilah, Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, Jumat, 21 Oktober 2016.
Beberapa karya dalam pameran ini bersifat interaktif atau memerlukan kontak fisik atau pengoperasian langsung oleh pengunjung sementara yang lainnya berseifat partisipatoris yakni mengundang pengunjung menjadi pelaku dalam karya yang dipamerkan.
Tempo berkesempatan untuk menghadiri pembukaan pameran pada Jumat, 21 Oktober. Ada 9 karya yang dihasilkan para seniman namun ada 4 karya yang paling menarik perhatian Tempo.
Memasuki ruang pameran, pengunjung akan disambut oleh karya Anang Saptoto yang mengaplikasikan anamorphoc dalam bentuk karya gambar diatas kertas, fotografi, cetak digital dab kolase karet. Ia juga mendaur dokumentasi atau arsip sebagai bahan awal karyanya. "Ini adalah6satu hal strategis untuk menjembatani antara sejarah dan batas-batas ingatan seseorang hingga pendayagunaan tidak dilupakan begitu saja," kata Anang
Baca Juga:
Kedua pengunjung akan menikmati sensasi menjilat gula kristal buatan Elia Nurvista. Ia juga menjual permen gula agar pengunjung bisa mengerti maksud dari karya ini. "Ketika memakan gulanya, nikmati sampai habis," katanya. Ternyata ia sengaja menyisipkan rasa pahit mahogany di tengah-tengah rasa manis.
"Kalau kita telusuri kedalamnya, sesuatu yang manis itu pasti punya cerita hitam didalamnya. Itu yang mau saya tunjukkan pada pengunjung melalui karya saya," lanjut Elia.
Karya Heri Dono yang bertajuk The Trio Angels juga menarik perhatian Tempo. The Trio Angels terinspirasi oleh kisah film Charlie's Angels yaitu 3 perempuan yang sanggup melawan musuhnya dengan gagah berani.
Selain itu karya ini juga terinspirasi oleh 3 dewa Hindu yakni Brahma, Wisnu dan Shiwa. "Tapi, bidadari karya saya tidak ada hubungannya denganmu agama tertentu. Ini hanya simbol inspirasi," ujar Heri.
Keempat, ada karya dari Park, Seung Soon yang bertajuk Aquaphonics. Seoung Soon mengerjakan musik generasi ketiga yang didefinisikan lnya sebagai sebuah generasi dimana musik tidak hanya didengarkan oleh publik tapi juga diciptakan oleh publik.
Di sini ia menampilkan media baru yang bernama Synphonie Aquatic yang terdiri dari sejumlah mangkuk7kaca berisi air7dan setiap mangkuk air tersebut memiliki sensor yang terhubung dengan berbagai bunyi instrumen tradisional Indonesia.
Pameran seni media instalasi Korea-indonesia, Dialogue with the Senses mulai dibuka pada 21 Oktober dan berakhir pada 3 November 2016 di Galeria Fatahilah. Pengunjung bisa menikmati sensasi reaksi emosi dan luapan psikologis melalui pengalaman rangsangan sensoris secara gratis di pameran ini mulai pukul 9.00 sampai dengan 19.00.
DINI TEJA
Berita lainnya:
Ilmuwan Klaim Temukan Palungan Asli Jenazah Yesus Kristus
Alasan Hakim Sebut Tangisan Jessica Wongso Hanya Sandiwara
Sering Selfie dan Main Sosmed, Hati-hati Ponsel Cepat Panas