TEMPO.CO, Ubud - Festival sastra tahunan Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) mulai digelar di Ubud, Bali, Rabu, 26 Oktober 2016. Adapun tema UWRF untuk tahun ini adalah Tat Tvam Asi, yang berarti ‘Kita semua satu’, atau ‘Aku adalah engkau, engkau adalah aku’.
Janet DeNeefe, Founder & Director dari UWRF mengungkapkan, tema itu dipilih menanggapi sejumlah masalah yang sering memisahkan kemanusiaan tetapi seringkali pula menyatukan. “ “UWRF pada awalnya adalah prakarsa komunitas, namun kini telah berkembang menjadi acara berkelas dunia yang memainkan perananpenting di dalam hubungan antar bangsa dan manusia,” ujar DeNeefe, Rabu, 26 Oktober 2016.
Ubud Writers & Readers Festival yang berlangsung pada 26 – 30 Oktober 2016 akan diisi oleh sejumlah acara, di antaranyapanel-panel diskusi, workshop, acara khusus menikmati hidangan bersama penulis, tur kuliner, adu puisi, pameran seni, pemutaran film, dan peluncuran buku. Festival ini , kata DeNeefe, diharapkan menjadi bentuk perayaan atas larutnya batasan-batasan sosial, budaya, politik, dan geografi yang selama ini memisahkan.
"Namun demikian perbedaan itu bisa dilihat sebagai latar belakang identitas bangsa Indonesia, yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, budaya, dan sejarah namun hidup berdampingan dan saling menghargai satu sama lainnya, bisa juga melukiskan latar belakang jagat raya ini sendiri," katanya.
Dua penulis Indonesia, yakni Eka Kurniawan dan Seno Gumira Ajidarma, dipastikan akan kembali berpartisipaso di UWRF 2016. Eka adalah penulis Lelaki Harimau, Cantik Itu Luka, dan beberapa lainnya yang di tahun 2016 ini memenangkan World Readers Award serta masuk dalam daftar panjang The Man Booker International Prize. Sedangkan Seno Gumira Ajidarma, penulis dan jurnalis Indonesia, akan kembali membagikan pengalamannya di dunia jurnalisme dan sastra.
UWRF tahun ini juga akan dihadiri penulis-penulis terbaik dunia yang telah memenangkan penghargaan, yaitu Charlotte Wood, pemenang Stella Prize 2016, Hanya Yanagihara, novelis asal Amerika yang sempat mendapatkan nominasi The Man Booker Prize in 2015, Juan Pablo Villalobos, penulis yang pernah memenangkan The Guardian First Book Award Mexican, dan penulis dari negara tetangga, Amanda Lee Koe, pemenang 2016 Singaporean Book Award.
Tema Tat Tvam Asi yang mengeksplorasi ketiadaan suatu batas di dunia ini akan turut dibahas oleh jurnalis investigasi keturunan korea yang berasal dari Amerika, Suki Kim. Untuk menulis buku terbarunya, Suki Kim hidup dalam penyamaran di Korea Utara.
Ada juga Stan Grant, jurnalis dan koresponden mancanegara yang baru saja menyelesaikan bukunya yang berjudul Talking to My Country. Buku ini bercerita tentang fakta yang dialami nenek moyangnya, suku Aborigin ketika bangsa berkuiit putih pertama kali datang ke Australia.
Anastasia Lin, Miss Canada 2015 dan pegiat hak asasi manusia, juga akan ikut berbicara mengenai batasan dalam suatu bangsa. Secara keseluruhan festival lebih dari 160 penulis, seniman, jurnalis, musisi, advokat, dan pegiat kemanusiaan.
ROFIQI HASAN