TEMPO.CO, Jakarta - Festival tari tahunan Indonesian Dance Festival (IDF) kembali digelar di Jakarta. Tahun ini, IDF yang memasuki tahun ke-24 penyelenggaraannya akan mengusung tema Tubuh Sonik. Dengan tema ini, IDF ingin menunjukkan segala perwujudan artistik yang merujuk pada tubuh manusia bersama gelombang suara di berbagai ruang dan dimensi-dimensinya yang saling berintereferensi satu sama lain.
Salah satu kurator IDF 2016 Helly Minarti mengatakan ada beberapa karya yang dikembangkan anak muda saat ini, yang tidak sekadar melibatkan musik dalam seni tari, "Jadi kami disini ingin menjelajahi kemungkinan kedekatan artistik. Bukan hanya seni tari dan musik tapi lebih dari itu," ujar dia di Ruang Tari Institut Kesenian Jakarta (IKJ),Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis, 20 Oktober 2016.
Ia menjelaskan, sonik tidak hanya berhubungan dengan bunyi, tetapi juga bisa berupa getaran. "Jadi memang bukan hanya mengenai musik, tetapi lebih kompleks dari itu. Konsepnya pun meluas hingga menghasilkan banyak spektrum," kata dia.
Melalui tema ini Helly berharap ada berbagai karya baru yang dihasilkan melalui kolaborasi disiplin ilmu. "Kita tidak melihat batas-batas itu, yang kita lihat adalah karyanya. Banyak karya seni yang terealisasi di Indonesia dengan cara seperti itu," ujar Helly.
Ia juga menambahkan koreografi dalam sebuah seni kontemporer tidak harus memiliki unsur tari di dalamnya. "Hal ini memang selalu menjadi kontroversi tapi sama halnya seperti bunyi, misalnya. Ketika diam, tidak berarti tidak bunyi," Nelly menerangkan.
IDF 2016 akan digelar pada 1-5 November 2016 di beberapa lokasi, yakni Teater Jakarta, Graha Bhakti Budaya, Teater Kecil TIM dan Taman Luwes, IKJ dan Gedung Kesenian Jakarta.
IDF 2016 rencananya diawali dengan pre-opening pada 30 Oktober 2016 di Hutan Kota Kali Pesanggrahan, Lebak Bulus, Jakarta selatan, dengan menampilkan pertunjukkan tari dari Abdulla Wong, Jefriandi Usman. IDF 2016 akan dibuka dengan karya tari Melati Suryodarmo berjudul Tomorrow as Purposed yang akan dipentaskan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 1 November 2016.
IDF 2016 tak hanya melibatkan penari dari dalam negeri, tapi juga mancanegara, di antaranya Park Je Chun (Korea Selatan), Antony Hamilton (Australia), Aguibou Bougobali Sanou (Burkina Faso), Filastine (Spanyol-Indonesia), dan Tian Rotteveel (belanda). Sementara itu, para penari asal Indonesia diantaranya Fitri Anggraini, Andara Firman Moeis, Pungkasila dan Fitri Setyaningsih, Ari Ersandi , Nihayah, Derlene Litaay, Fadila Oziana, Try Anggara, Josh Marcy, Hari Ghulur, dan Jecko Siompo & Animal Pop.
Selain pertunjukkan tari, beberapa agenda lainnya akan digelar untuk memeriahkan festival ini mulai dari workshop penulisan kritik dalam perspektif jurnalistik, mastel class dari para koreografer, diskusi, lokakarya untukkoreografer muda serta pepmberian penghargaan kepada tokoh tari di Indonesia.
IDF 2016 didesain oleh beberapa kurator, yakni Helly Minarti (Indonesia), Tang Fu Kuen (singapura) dan Seno Joko Suyono (Indonesia). Mereka dibantu Taufik Darwis, Nia Agustina dan Agnesia Lina, sebagai asisten kurator.
DINI TEJA