TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah kafe yang menyajikan suasana nyaman, menu minuman kopi berstandar internasional, dan seperangkat alat band mungkin sudah banyak. Tapi kafe yang membebaskan pengunjungnya memainkan alat-alat musik tersebut dengan suasana penuh kekeluargaan masih jarang. Nah, salah satunya adalah Warung Kopi KopiRock di Jalan Deltamas, Boulevard, Kota Deltamas, Cikarang, Kabupaten Bekasi.
Rabu, 12 Oktober lalu, saya berkunjung ke KopiRock. Jarum jam menunjukkan angka 1, pengunjung kafe hanya beberapa orang dan mereka memilih duduk di teras. Begitu masuk di salah satu ruang, saya terperanjat melihat sebuah piano Yamaha P1. Karena tak ada tamu lain, saya mencoba memainkan sebuah lagu dari kelompok musik Mannheim Steamroller. Suara yang terdengar dari piano membuat saya bersemangat karena kualitasnya setara dengan grand piano. Sebagai tamu, saya memperoleh pengalaman perasaan yang membahagiakan karena lama tak menyentuh alat musik. Dan begitu menyentuh, eh, mendapat grand piano. Sesuatu yang sulit saya peroleh di banyak kafe lain.
Sambil duduk di depan piano, saya memanggil pelayan untuk memesan minuman dan makanan. Di daftar menu, ada beberapa jenis minuman, yaitu aneka kopi, jus, makanan ringan, dan makanan agak berat. Saya tanya ke pelayan, minuman apa yang istimewa di sini. “STMJ,” kata pelayan. Saya yang sedang terserang flu pun memilih minuman STMJ yang diberi nama Zuzu Telor Madu Jahe KopiRock dan makanan cwi mie ayam.
Menyeruput STMJ ketika badan sedang tak enak terasa pas sekali. Apalagi STMJ ini dibuat dengan racikan khusus rempah-rempah. Dengan campuran susu, madu, dan telur yang diolah sedemikian rupa, hasilnya adalah minuman yang kekentalannya pas. Bau susu, telur, dan madunya hilang, menghasilkan aroma baru. Apalagi jahenya sudah diracik dengan rempah-rempah lain. Inilah STMJ yang menurut saya paling enak di antara STMJ yang pernah saya temui.
Sedangkan cwi mie yang saya pesan juga cocok di lidah. Minya lembut, daging ayamnya yang sudah dicincang juga lembut dan gurih, serta kuahnya sedap. Hanya, sayang, dua butir bakso berukuran sedang yang disertakan kurang sesuai untuk mendampingi kelezatan mi ayamnya.
Warung Kopi KopiRock didirikan oleh Arif Dwi Widodo yang mempunyai nama panggung John Arif KopiRock pada 2015 dan dibuka secara resmi dalam bentuk soft launching pada Maret 2016. Kafe ini menempati bangunan rumah toko seluas 8 x 12 meter dua lantai. Dari jalan, orang akan bisa melihat tulisan Warung Kopi KopiRock dan ikon gitar setinggi 6 meter serta sebuah kendang.
Kafe ini memiliki empat ruang, yaitu teras, Ruang Etnik untuk para perokok dengan interior bersuasana etnik berupa alat musik kendang dan meja-meja kayu yang didesain seperti meja “warung pinggir jalan”, Ruang Piano yang bersofa dan berkursi modern yang menyediakan piano, serta Music Room berupa panggung yang dilengkapi seperangkat alat musik siap dimainkan, dan sejumlah tempat duduk yang bisa dipakai untuk rapat.
John, yang lahir di Malang 50 tahun silam, harus merogoh kocek Rp 1 miliar sebagai modal untuk mendirikan kafe ini. Dia sendiri lebih suka menyebut kafenya dengan warung kopi. “Nama warung kopi sengaja dipakai untuk mengangkat keindonesiaan,” kata John Arif kepada Tempo. Ia pun memilih nama KopiRock Indonesia karena alasan tersendiri. Kopi, karena dia ingin mengangkat kopi Indonesia. Sedangkan “rock” dipilih karena diambil spiritnya, semangatnya.
John optimistis bisnisnya bakal sukses karena beberapa hal. Menu makanan yang disediakan adalah makanan rumahan, seperti gado-gado, nasi goreng, dan cwi mie. Kopi yang disediakan adalah kopi Indonesia berkualitas internasional. Lebih khas lagi, dia mempunyai racikan pribadi rempah-rempah berdasarkan pengalaman bertahun-tahun. “Ini resep rahasia,” kata dia. Lokasi kafe di tempat strategis, berjarak 1 km dari pintu jalan tol Cibatu dan di kawasan industri. Untuk kelezatan makanan, dia menggandeng bekas bartender hotel bintang lima, Thomas Aquinas.
Bisnis John bukan bisnis tiba-tiba. Sarjana lulusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya ini pernah menjadi Senior Manager Samsung bidang manajemen inovasi yang berkantor di Cikarang selama 22 tahun. Sejak kecil dia belajar tari dan musik. Musik yang menjadi spesialisasinya adalah kendang. Sudah lama dia bergaul dengan kalangan musikus, terutama para rocker. Nama KopiRock juga muncul dalam suatu jam session musik rock. Pergulatannya dengan kopi juga dirintis lama. Dia suka menyediakan kopi racikan sendiri kepada para musikus di tengah-tengah acara. “’Saya suka kopimu,’ kata Mas Ian Antono suatu waktu. Dan itu sangat mendorong saya untuk bergelut di kopi,” kata John lagi.
Menjelang pulang, saya diajak John main musik di panggung. Saya memilih bas, sedangkan John memegang rhythm. Kami memainkan lagu Panggung Sandiwara dari God Bless. Bisa main musik di kafe, ehmm, ini sebuah kemewahan tersendiri… * Kelik M. Nugroho