TEMPO.CO, Denpasar - World Culture Forum yang berlangsung di Bali menampilkan Cultural Carnival. Acara yang berlangsung di Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung, Denpasar, pada Selasa, 11 Oktober 2016, itu mementaskan 20 tarian dari 13 negara selain Indonesia. Cultural Carnival ditutup dengan pementasan tari Yosim Pancar dari Papua.
Milina, 30 tahun, asal Slovakia, mengatakan dia merasa senang bisa tampil di Bali. "Saya bisa merasakan energi lebih di pulau ini," katanya kepada Tempo seusai pementasan. Ia bersama rekan-rekannya menampilkan tari Cardas. "Ini tarian tradisional sekaligus tarian tercepat di Slovakia. Gerakan tarian ini asli dari zaman dulu, tidak ada improvisasi gerakan."
Milina menambahkan, dia merasa nyaman saat tampil karena para pengunjung yang hadir menurut dia terlihat ramah. "Mereka suka tersenyum, itu memberikan energi lebih bagi saya," tuturnya. "Tepuk tangan mereka juga meriah."
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan Cultural Carnival merupakan bagian penting dari World Culture Forum. Acara tersebut adalah salah satu cara berinteraksi langsung dengan keragaman. "Sebenarnya kita dipersatukan oleh bahasa gerak, bahasa musik, bahasa bunyi," ujarnya. "Yang tampil tadi sebagian dari 47 peserta World Culture Forum."
Hilmar menambahkan, kesenian memiliki peran yang sangat besar di dalam masyarakat untuk memperbaiki tata kehidupan di dunia. Bagi Hilmar, ekspresi artistik harus mendapat ruang yang cukup untuk dipentaskan. "Kebudayaan selama ini hanya dianggap sebagai satu sektor, bahkan dekorasi. Padahal sebetulnya itu napasnya manusia," ucapnya.
BRAM SETIAWAN