Tujuannya, supaya mendengar aba-aba dari Guntur kapan harus berakting dan kapan mesti diam. Saat itulah, ia mendengar suara laki-laki yang disangka Agni suara Guntur. “Agni, ayo lari ke laut.” Mendengar perintah itu, Agni menoleh ke laut. Ia melihat gerbang berupa gundukan batu karang dengan warna sangat terang. Melihat gerbang itu, tiba-tiba Agni merasa harus segera pulang. Pulang ke dasar samudra.
Kamera pesawat nirawak (drone) menangkap gambar Agni terpaku di pantai untuk beberapa saat. Kemudian berlari ke arah lautan. Terjadi kehebohan. Seluruh kru mengejar Agni dan memegangi tangannya erat-erat. “Saya merasa tidak disuruh. Saya merasa ini waktunya pulang. Itu bukan sekali saja terjadi," kata Agni.
Baca juga:
Perang Artis: Ahok Gandeng Sophia, Agus Bawa Vena Melinda
Sering Pakai Narkoba, Benarkah Reza Artamevia Tak Kecanduan?
Setelahnya, saya mendengar suara wanita mendendangkan tembang yang liriknya mengajak saya menyatu bersama ombak. Setelah satu tembang tuntas, terdengar suara memanggil-manggil: Agni, Agni, Agni! Saya menoleh dan berseru: Mas Guntur memanggil saya?” kenangnya. Guntur menggeleng. Saat itulah Agni sadar, seseorang yang tidak kasatmata memanggilnya.
Ia kemudian menjawab lirih, “Tolong jangan panggil-panggil saya. Saya mau bekerja di sini,” ucap Agni. Ajaibnya, suara tanpa wujud itu berbalik menjawab. “Kalau kamu tidak cepat ke sini, pintu gerbang segera ditutup dan salah satu dari orang di sekitarmu akan celaka!”
Benar saja. Salah satu kameraman terjatuh. Kakinya robek dan mengucurkan darah kental. Agni shock bukan kepalang. Tidak tahan diteror, Agni dan beberapa kru menemui juru kunci. Sang juru kunci menjelaskan, pangeran dari samudra menginginkannya. Alasan kedua, Agni beserta kru mendekati ambang gerbang tanpa mengucapkan kula nuwun (permisi-red) kepada yang memiliki gerbang kerajaan. Sejak itulah, Agni mempersering frekuensi doa.
Baca Juga
Kado untuk Jessica, Perempuan Ini Bawa Rosario dan Buku Doa
Jessica Dituntut 20 Tahun Bui, Jaksa: Saksi Ahli Bias, Tak Valid