TEMPO.CO, Magelang - Borobudur Writers & Cultural Festival mengusung tema 'Setelah 200 Tahun SERAT CENTHINI: Erotisme & Religiusitas, Musyawarah Akbar Kitab-kitab Nusantara dibuka di Hotel Atria Magelang, Jawa Tengah, Rabu, 5 Oktober 2016.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo didapuk untuk membuka acara itu. Ganjar mendapatkan kenang-kenangan berupa buku berjudul Syair Tembangraras seusai memberikan sambutan. Buku itu merupakan hasil saduran Serat Centhini dari 200 jilid. Budayawan Romo Budi Subanar langsung memberikan buku itu kepada Ganjar diiringi tembang tentang syair Serat Centhini. Selain itu, ada sejumlah pentas seni dalam pembukaan itu, misalnya musik biola dan tari tradisional bernuansa Aceh.
Direktur Borobudur Writers &Cultural Festival, Yoke Darmawan mengatakan festival ini sebuah perayaan untuk memahami kembali khasanah kebudayaan sejarah Nusantara. "Karya klasik setelah 200 tahun Serat Centhini bisa dipakai untuk melihat apa yang terjadi besok dan lusa untuk dijadikan bahan penting," kata Yoke.
Acara tahunan ini juga diisi seminar bertajuk Tafsir Serat Centhini di The Heritage, Convention Center, Hotel Plataran, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada 6 Oktober. Seminar menghadirkan pembicara di antaranya Elizabeth D. Inandiak, Dr. Karsono W. Saputro, Kartika Setyawati. Ada pula Musyawarah Penerbit-Penulis bersama Badan Ekonomi Kreatif di tempat yang sama.
Penyelenggaraan BWCF ini tak hanya akan diisi oleh seminar dan pidato kebudayaan saja. Namun juga berbagai workshop, pameran foto dan lukisan serta pagelaran kesenian dari berbagai daerah. Ada juga pemberian penghargaan Sang Hyang Kamahayanikan Award.
Selama 3 hari penyelenggaraan seminar, bukan Serat Centhini saja yang dibahas. Tetapi juga ada Muhkis Hadrawi yang membahas tentang kitab seksualitas menurut perspektif Makassar Kuno, lalu Dwi Cahyono tentang pemburuan arca Bima dan Salfia Rahmawati yang meniliti cerita-cerita tradisi orang Jawa yang berhubungan dengan binatang ataupun jin, serta tentunya hadir pula Halilintar Latief yang membahas sejarah dan tafsir I La Galigo khususnya mengenai Bissu dalam tradisi Bugis.
BWCF merupakan festival budaya yang berbeda dengan festival budaya lainnya. Selama 5 tahun berjalan festival ini mengangkat khazanah budaya Nusantara terutama dalam perspektif sastra maupun dari sisi kajian arkeologis.
BWCF berlangsung 5-8 Oktober 2016. Perayaan ini akan dilakukan di Magelang dan Yogyakarta di antaranya The Heritage Convention Center Hotel Plataran Borobudur, Atria Hotel Magelang, Seminari Menengah St. Petrus Kanisius Mertoyudan, Desa Ginirejo Ngablak, Gunung Andong Magelang, dan Pendopo Ndalem Ageng Pesanggrahan Hotel Ambarukmo Yogyakarta.
SHINTA MAHARANI