TEMPO.CO, Jakarta - Bandempo merilis ulang album self titled dalam bentuk vinyl 12 di Jakarta dan Bandung, Rabu, 21 September 2016. Band yang lahir di akhir dekade 1990-an di kampus Institut Kesenian Jakarta ini mencetak 300 keping vinyl tersebut. “Masak sih enggak bisa habis,” kata vokalis Bandempo, Anggun Priambodo, ketika dihubungi Rabu.
Sebelumnya, album tersebut dirilis hanya 75 kopi dalam bentuk kaset pada 2000. Tiga tahun kemudian, Bandempo merilisnya dalam bentuk CD sebanyak 500 keping.
Dalam rilis yang diterima Tempo, Bandempo disebut sebagai band paling berantakan, paling off-kilter, paling liar namun juga sekaligus paling catchy, paling melodis, dan paling konsisten. Musik Bandempo hanya dimainkan dengan gitar, bass, dan drum—dengan sedikit tambahan keyboard. Namun begitu banyak kocokan-kocokan rhythm guitar yang funky, solo guitar nan melodis, betotan bass yang kadang menggantikan melodi gitar serta gebukan drum yang primitif dan tidak terduga.
Musik mereka sangat lo-fi seperti album debut Pavement, Slanted and Enchanted Pavement. Namun jika Anda suka Bing Slamet, dangdut, atau paling tidak Naif pasti Anda akan tertawan dengan album ini. Belum lagi vokal Anggun Priambodo yang meliuk-liuk, berubah dari vokal sengau kekanak-kanakan seperti di track “Berlayar” menjadi primal scream dan teriakan liar seperti di track terakhir “Kereta Lewat”.
Jika Anda ingin merasakan seperti apa rasa rock and roll Indonesia, coba dengar “Nonton Srimulat” yang merayakan sebuah acara televisi penuh humor otentik sebelum televisi dikuasai stand-up comedy yang tidak lucu atau slapstick yang sangat fisikal. Atau dengar juga “Marah-Marah” komposisi rancak yang memasukkan sepotong dangdut di tengah lagu. Ajaib!
Album tersebut dirilis label Elevation Records. Pemilik Elevation Records Taufiqurrahman mengatakan album self titled tersebut saat ini sudah bisa didapatkan di beberapa toko di Jakarta dan Bandung. “Kota lain menyusul,” ujarnya.
KODRAT