TEMPO.CO, Bandung - Ada yang berbeda dengan Si Unyil di film animasi Petualangan Si Unyil. Karakter tokoh utama film boneka yang populer di tahun 1980-an ini bukan lagi anak sempurna yang baik, pintar, dan sifat-sifat positif lainnya. Meskipun penampilannya masih tetap sama, berpeci dan berselempang kain sarung, karakter Unyil dibuat lebih alami sebagai anak kecil yang tak luput dari kesalahan.
Daryl Wilson, Direktur Kumata Studio Bandung, yang terlibat dalam pembuatan film tersebut mengatakan, pembuatan serial animasi tersebut ditujukan untuk generasi baru. Tokoh Unyil pun diperbarui sesuai perilaku bocah yang alami. Film itu menyasar ke penonton anak berusia 6-12 tahun.
Studio tersebut terlibat di tahap pra-produksi dengan tugas merancang karakter tokoh-tokoh dan membuat set properti di film animasi berteknologi tiga dimensi (3D) itu. “Tiap episodenya tetap bermuatan positif dan ada pesan moralnya,” kata Daryl saat ditemui Tempo di studionya Selasa malam, 6 September 2016.
Sosok Unyil tetap seorang bocah berpeci dan bersarung. Menurut Daryl, atribut itu bukan simbol agama tertentu melainkan karya cipta budaya orang Indonesia. “Peci dan sarung merupakan identitas nasional,” ujar lulusan Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Nasional Bandung 2004 itu.
Dalam film yang per episodenya digarap untuk durasi 11 menit itu, ada beberapa tokoh baru, yakni bocah perempuan bernama Lena asal Indonesia timur, dan seorang geolog Pieter van Degung. Adapun tokoh-tokoh lama yang tak dimunculkan seperti Pak Raden dan sosok orang gila. “Sosok nenek sihir yang menghuni gua juga ditiadakan,” ujarnya.
Produksi film animasi yang didanai Perusahaan Umum Produksi Film Negara (PFN) dan PT Telekomunikasi Indonesia itu dikemas sebagai hiburan dan alat untuk edukasi. Misalnya, kata Daryl, terkait dengan toleransi dan berani meminta maaf serta memaafkan orang lain. Film Petualangan Si Unyil ditargetkan bisa tayang di televisi pada Oktober atau November 2016.
ANWAR SISWADI