TEMPO.CO, Jakarta - Susi Similikiti di mata Tukul Arwana, wanita yang nyaris sempurna. “Enggak ada minusnya. Plus semua.” Tulus luar dan dalam. Wanita seperti Susi, menurutnya, yang harus dicari pria-pria lajang masa kini sebagai istri. Susi ada saat Tukul susah hingga sukses. Setia mendampingi.
“Memori paling indah, yang tak pernah saya lupakan, Susi itu mau menerima saya apa adanya. Saya ini dulu apa? Saya ini bukan apa-apa. Enggak dikenal. Enggak fenomenal. Tapi dia mau menerima saya. Itu yang luar biasa dari Susi,” kata Tukul.
Sesaat memori berputar ke masa-masa tak terlupakan di rentang tahun 1995-1997. Masa-masa awal Tukul berjuang demi kelangsungan hidup. Dia bukanlah siapa-siapa saat itu. Pernah menjadi sopir pribadi. Pernah menjadi penyiar radio dengan honor Rp 75 ribu. Sementara untuk membayar kontrakan rumah saja saat itu Rp 150 ribu.
Menikahi Susi pada 1995, Tukul sudah tampil di acara-acara komedi, tapi belum masuk hitungan komedian beken. Ada cerita lucu sekaligus mengharukan menjelang Tukul melangsungkan pernikahannya. Ia yakin, honor yang dijanjikan dari kontrak sinetron sebanyak 30 episode akan cukup untuk membiayai pesta pernikahannya. Tentu saja orang tua Susi senang.
Ternyata, janji tinggal janji. Kontrak tiba-tiba dibatalkan. Tukul bingung. Padahal, dia baru syuting 2 episode. Sementara per episodenya, saat itu Tukul menerima Rp 300 ribu. Bingung bukan main. Rencana pernikahan tak bisa diundur.
“Akhirnya, ya saya menggadaikan sepeda motor dulu untuk biaya pernikahan,” kenang Tukul.
Semua itu digambarkan Tukul justru sebagai masa indah, bukan masa sulit.
“Saya melihat momen-momen itu enggak berat. Itu namanya awal yang indah. Tahun 1995, awal penikahan itu masa-masa indah. Kami sempat menjual nasi bungkus. Susi masak, saya membantu bungkus-bungkus, lalu dijual memakai gerobak. Tapi orang lain yang menjajakan, ya. Tahun 1996 itu lebih indah lagi ha ha ha. Punya lemari es. Bikin es. Lalu menjual es, juga pernah,” cerita Tukul dengan gayanya yang kocak.
Pada 1997, karier Tukul di dunia hiburan mulai menemukan titik terang. Perubahan demi perubahan mulai terjadi.
“Ibaratnya di tahun ketiga pernikahan ini, kami sudah bisa beli meja-kursi. Sudah bisa beli lemari. Kalau dulu cuma punya piring dua, sendok dua, sudah mulai bisa beli lebih banyak. Awal yang indah, kan. Kalau enggak ada kenangan seperti ini, enggak ada ceritanya,” ungkap Tukul.
Kariernya kian melesat setelah pada 1998 bergabung dengan grup lawak Srimulat. Puncak popularitasnya, begitu ia dipercaya menjadi pembawa acara Bukan Empat Mata di Trans 7 pada 2006.
“Waktu sudah mulai beken, saya juga ngomong sama Susi: Sus, kamu jangan ketakutan. Saya ini enggak akan pernah meninggalkan kamu. Tenang saja. Saya ini sayang sama kamu. Sampai saya sukses, jadi orang fenomenal, saya enggak akan meninggalkanmu,” ucapnya.
Posisi pembawa acara Bukan Empat Mata memang menjadikan Tukul sosok yang fenomenal. Di puncak popularitasnya itu, di bawah gemerlap panggung hiburan, tak sedikit godaan menghampiri. Ada saja rumor-rumor tak sedap menguntit. Karena pekerjaan, Tukul dikelilingi banyak wanita cantik. Kadang kala Susi cemburu.
“Namanya rumor enggak enak itu ada. Digoda hal-hal seperti ini sering, walau hanya beberapa persen. Saya tetap mengontrol diri dan keadaan,” sambung Tukul.
Perasaan wanita itu, kata Tukul, harus dijaga sebaik-baiknya. “Mbak Susi, pasti cemburu juga. Namanya wanita, lumrah. Cemburu tandanya sayang. Ini yang harus kita jaga,” kata Tukul.
Suatu hari, Susi menegurnya, terkait aksi panggung Tukul. “Katanya, 'Mas, kamu jangan terlalu seperti itu’. Ya, saya menurut. Ini namanya diingatkan. Saya bilang kepada pihak stasiun televisi, saya enggak bisa beraksi atau berinteraksi terlalu hot. Saya selalu katakan dan ingatkan Susi, untuk tenang saja. Harus percaya sama saya. Alhamdulillah, saya dan Susi bisa menjadi inspirasi bagi yang lain.”
Janji suci Tukul pada Susi terpenuhi hingga hari Susi mengembuskan napas terakhirnya.
“Siapa yang tahu, dia dipanggil Tuhan duluan. Meninggalkan saya duluan. Ini sudah garis hidup,” kata Tukul.
Secara fisik, mungkin Susi sudah tak ada. Namun, Susi tetap tinggal dalam hati dan kenangan Tukul. Indah dan sempurna.