TEMPO.CO, Bandung - Arsitek dan seniman kenamaan pilihan kurator menyajikan beragam karya dalam pameran arsitektural bertajuk Indonesialand di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, selama sebulan penuh yang dimulai hari ini. Salah satu karya yang membetot perhatian adalah konstruksi bambu berupa kubah (dome). "Itu instalasi bambu ajaib," kata arsitek yang menjadi kurator pameran tersebut, Sarah Ginting, menjelang pembukaan pameran, Jumat, 2 September 2016.
Konstruksi kubah bambu itu dipasang di area amphitheatre Selasar Sunaryo. Di dalam kubah tanpa penutup itu, dipajang pula maket-maket tugas mahasiswa arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam kotak transparan.
Bambu-bambu (awi) tali sepanjang 3-4 meter tersebut dirangkai tanpa melekat langsung satu sama lain. Tidak ada paku, mur-baut, atau tali pengikat.
Tiap batang bambu terjalin oleh sambungan kawat baja, tapi dijamin bisa berdiri kokoh. "Malah bisa ditarik-ditarik supaya terkesan bergerak-gerak," kata Andry Widyowijatnoko, ketua tim instalasi berjudul Script of Tectonic, kepada Tempo menjelang pembukaan pameran.
Karya instalasi kubah bambu itu menghadirkan citraan kerumitan dan keindahan. Tautannya mengacu pada tiga fondasi utama dalam ilmu arsitektur, yaitu geometri, struktur, dan konstruksi.
Menyesuaikan tempat, ujung-ujung bambu terbawah menempel pada bagian lingkaran bangku amphiteatre. Di tempat datar yang lapang, kata Andry, ujung-ujung bambu terbawah saling terkait dengan bentangan kawat baja.
Pendirian kubah rangka bambu bergaris tengah tujuh meter itu membutuhkan lebih dari sepuluh orang untuk menarik dan mendorong kerangka bambu yang dipamerkan sejak hari ini, 2 September, hingga 2 Oktober 2016. Karya tersebut garapan Andry bersama mahasiswa S-1 Himpunan Arsitektur ITB.
ANWAR SISWADI