Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Puisi dari Bumi Teuku Umar  

image-gnews
Penyair LK Ara membaca puisi diiringi penyanyi tradisi Hidayah di Lapangan Teuku Umar, Meulaboh, Minggu malam, 28 Agustus 2016. Pentas puisi ini bagian dari Temu Penyai Nusantara di Meulaboh, 27-30 Agustus 2016. TEMPO/Mustafa Ismail
Penyair LK Ara membaca puisi diiringi penyanyi tradisi Hidayah di Lapangan Teuku Umar, Meulaboh, Minggu malam, 28 Agustus 2016. Pentas puisi ini bagian dari Temu Penyai Nusantara di Meulaboh, 27-30 Agustus 2016. TEMPO/Mustafa Ismail
Iklan

TEMPO.CO, JakartaAku mencarimu Pasie Karam,

Di balik hutan

Di balik daun

Di balik awan

…….

Di tengah hawa sejuk malam sehabis hujan, Minggu malam lalu, penyair L.K. Ara terus melafalkan bait-bait puisi. Ia diiringi suara merdu nan melengking dari penyanyi tradisi Gayo, Hidayah. Istri L.K. Ara itu menyanyi kasidahan dengan gaya sebuku, yakni nyanyian ratapan dari Tanah Gayo, Aceh. Ia diiringi kelompok musik puisi Rangkaian Bunga Kopi beranggotakan Yoyok Harness, Fikar W. Eda, Yoppi Andrie, dan Jassin Burhan.

Adapun Ara melangkah berkeliling di panggung dan sesekali berlari kecil seperti mencari sesuatu. “Aku mencarimu Pasie Karam,” ucap sastrawan kelahiran Takengon, Aceh Tengah, 12 November 1937, itu berulang-ulang. “Namun…. Belum kutemukan juga/Maka aku hanya bisa memanggilmu….

Pasie Karam adalah nama lama Meulaboh, yang juga dikenal dengan julukan Bumi Teuku Umar. Nama Pasie Karam ditabalkan menjadi judul buku kumpulan puisi yang menandai Temu Penyair Nusantara di Meulaboh, Aceh Barat, 27–30 Agustus 2016. Buku setebal 460 halaman itu berisi puisi karya 163 penyair Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Rusia. 

Ketua panitia Temu Penyair, Teuku Dadek, mengatakan antologi Pasie Karam disusun selama 1,5 bulan dengan jumlah penyair yang mengirim karya hampir 400 orang. “Cuma karena keterbatasan tempat diseleksi menjadi 163 penyair,” kata Teuku Dadek. 

Namun puisi Mencari Pasie Karam yang dibacakan LK Ara malam itu tidaklah berasal dari buku itu. “Itu puisi spontan,” tutur Ara, Selasa malam lalu. Tadinya, ia mau membaca puisi yang ada di buku itu, namun ia urungkan karena dirasa kurang cocok untuk panggung terbuka. “Mencari Pasie Karam tidak mudah karena tertimbun waktu dan sejarah.”

Temu Penyair Nusantara diadakan Dewan Kesenian Aceh Barat (DKAB) bekerja sama dengan pemerintah daerah kabupaten itu. Acara yang diikuti sekitar seratus penyair itu mengetengahkan berbagai agenda seperti bedah buku Pasie Karam, pembacaaan puisi, peluncuran 18 judul buku karya peserta, dan ziarah budaya ke tempat-tempat penting di Aceh Barat, salah satunya makam Teuku Umar.

Kegiatan itu adalah bagian dari rangkaian Pekan Kebudayaan Aceh Barat pada 22–31 Agustus 2016. Selain Temu Penyair, Festival Budaya itu diisi pertunjukan, pameran, pawai, bazar, kenduri rakyat, dan lomba-lomba. Ada pula seminar budaya yang menghadirkan pembicara dari Indonesia dan Malaysia.

Bedah buku puisi Pasie Karam menghadirkan sastrawan Abdul Hadi W.M. sebagai pembicara tunggal. Namun, karena begitu banyak puisi dalam buku itu, Abdul Hadi memfokuskan pembahasan pada puisi-puisi penyair Aceh.

Ia melihat, dari sisi tematik, sajak-sajak penyair Aceh sangat beragam. Ada puisi-puisi yang bicara persoalan sosial, religiositas, kegalauan dalam merespons persoalan negeri ini, hingga krisis nilai-nilai. “Puisi-puisi mereka tidak kalah dengan sajak-sajak penyair dari daerah lain,” ujar dia.

Abdul Hadi juga melihat, secara nasional, penyair terus bermunculan di hampir seluruh pelosok tanah air pasca 1990-an. Komunitas-komunitas sastra berkembang di banyak kota dan kegiatan sastra tersebar di hampir kota-kota penting di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Madura, dan lain-lain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tema religiositas menjadi salah satu yang menarik perhatian. “Banyak sekali penyair yang mencari identitas baru ini dengan bertolak dari pengalaman keagamaan, rasa keagamaan, dan nilai-nilai keagamaan,” ujar dia.

Abdul Hadi juga mengatakan, dalam kearifan Melayu Nusantara, ada empat pandangan yang menonjol tentang puisi. Pertama, puisi itu pada hakikatnya adalah permainan kata-kata indah. Permainan ini, menurut dia, bisa kurang bermakna dan bisa juga bermakna. Ia mencontohkan pantun teka-teki Melayu, berbunyi: “Pak Pung Pak Mustafa/Pak Dullah di rumahnya/Ada tepung ada kelapa/Ada gula di tengahnya.”

Menurut Abdul Hadi, baris-baris di atas kurang bermakna. Namun, ada pula puisi yang bermakna atau mempunyai isi seperti: “Gendang gendut tali kecapi/Kenyang perut senang di hati.” Pandangan kedua adalah sajak itu pada hakikatnya adalah ekspresi jiwa yang bersifat individual. “Sajak yang baik adalah ungkapan perasaan dan pikiran penulisnya.”

Ketiga, ada yang berpendapat bahwa hakikat puisi bukan karena bahasanya indah, tapi juga berisi atau mengandung pengajaran (hikmah).

Keempat, ada yang mengatakan puisi yang baik adalah hasil renungan mendalam terhadap pengalaman batinnya sendiri dan pengalaman sosialnya.“Ini kita temui dalam sajak-sajak Hamzah Fansuri, Sanusi Pane, Amir Hamzah, Chairil Anwar, Subagio Sastrowardojo, Sapardi Djoko Damono, Sutardji Calzoum Bahri, dan lain-lain,” ujar dia.

Bedah buku itu juga diwarnai pembacaan puisi oleh sejumlah penyair seperti seperti Husnizar Hood, T.A. Sakti, Salman Yoga, Win Gemade, L.K. Ara, Hidayah, Fikar W. Eda bersama komunitas musik puisi Rangkaian Bunga Kopi, dan Khairil Anwar (Malaysia).

Selain pada bedah buku, panggung baca puisi juga disediakan saat peluncuran 18 buku karya para peserta temu penyair. Di sana tampil penyair seperti Hasbi Burman, Asril Koto, Syarifuddin Arifin, Ade Novi, dan Ace Sumantalain. Pentas puisi berlanjut di lapangan Teuku Umar pada Minggu malam itu. Dan di akhir puisinya, L.K. Ara melafal tinggi:

Pasie Karam

Kami datang mencarimu

Kami cinta

Kami rindu

O…. Pasie Karam….

***

MUSTAFA ISMAIL

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


UIN Jakarta: Menyorot Langkah Jamaah Islamiyah Setelah Bubar

1 hari lalu

Seminar bertajuk 'Mengikis Benih yang pernah Tumbuh: Islamisme Pasca Pembubaran Jemaah Islamiyah (JI) di Indonesia' di Ruang Teater H.A.R. Partosentono, Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta, Kamis, 10 Oktober 2024/UIN Syarif Hidayatullah
UIN Jakarta: Menyorot Langkah Jamaah Islamiyah Setelah Bubar

Para anggota senior Jamaah Islamiyah telah membubarkan organisasi tersebut pada 30 Juni 2024. Bagaimana para pakar menyoroti hal ini?


Kemendikbudristek: Kemah Budaya Kaum Muda, Upaya Kaum Muda Dalam Pelestarian Kebudayaan

53 hari lalu

Seminar inspiratif bertajuk, Upaya Kaum Muda dalam Melestarikan Kebudayaan Indonesia melalui inovasi KBKM Website Borobudurside dan Aplikasi Rangkanada, Senin, 19 Agustus 2024, Jakarta.
Kemendikbudristek: Kemah Budaya Kaum Muda, Upaya Kaum Muda Dalam Pelestarian Kebudayaan

Kemendikbudristek menyelenggarakan seminar inspiratif bertajuk "Upaya Kaum Muda dalam Melestarikan Kebudayaan Indonesia melalui inovasi KBKM: Website Borobudurside dan Aplikasi Rangkanada", Senin, 19 Agustus 2024, Jakarta


Bamsoet Membuka Seminar dan Uji Kompetensi IMI 2024

27 Mei 2024

Bamsoet Membuka Seminar dan Uji Kompetensi IMI 2024

Tujuan penyelenggaraan seminar dan uji kompetensi ini tidak hanya untuk menghasilkan lisensi dengan klasifikasi yang ditentukan, tapi juga agar penyelenggaraan event balap semakin berkualitas.


Bank BJB dan Unpar Dukung UMKM Berkelanjutan

21 Februari 2024

Bank BJB dan Unpar Dukung UMKM Berkelanjutan

Bank bjb dan Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) berkolaborasi dalam seminar bertajuk "Riset Pasar: Berdayakan Lokal, Bisnis Mengglobal" untuk mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Barat memiliki bisnis yang berkelanjutan.


Bamsoet Buka Seminar dan Uji Kompetensi Ikatan Motor Indonesia (IMI) II-2023

29 November 2023

Ketua MPR Bambang Soesatyo
Bamsoet Buka Seminar dan Uji Kompetensi Ikatan Motor Indonesia (IMI) II-2023

Bambang Soesatyo membuka Seminar dan Uji Kompetensi IMI II-2023 bagi Pelaksana dan Penyelenggara Olahraga Kendaraan Bermotor. Diikuti 296 peserta


Taylor Swift Jadi Topik Pembahasan Seminar Akademis Berjudul Swiftposium

22 September 2023

Taylor Swift menghadiri MTV Video Music Awards 2023 di Prudential Center di Newark, New Jersey, AS, 12 September 2023. REUTERS/Andrew Kelly
Taylor Swift Jadi Topik Pembahasan Seminar Akademis Berjudul Swiftposium

Pengaruh Taylor Swift sebagai ikon pop menjadikan popularitas dan karyanya sebagai pembahasan seminar akademis


Seminar Implementasi Proper PKN II, Sekda Hana Sangat Dukung Gustaf Griapon

14 September 2023

Seminar Implementasi Proper PKN II, Sekda Hana Sangat Dukung Gustaf Griapon

Sekretaris Daerah Kabupaten Jayapura menjadi mentor pada Seminar Implementasi Proyek Perubahan PKN Tingkat II Angkatan XXX


PT EMLI Gelar Seminar untuk Industri Manufaktur di Batam

28 Juli 2023

PT EMLI gelar seminar bertajuk Mobil Nationwide General Manufacture di Batam. (Foto: EMLI)
PT EMLI Gelar Seminar untuk Industri Manufaktur di Batam

PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (EMLI) kembali menggelar kegiatan bertajuk Mobil Nationwide General Manufacture Seminar di wilayah Batam.


Hari Anak Nasional, Ajak Keluarga Tingkatkan Ilmu Parenting

21 Juli 2023

Ilustrasi keluarga. Freepik.com
Hari Anak Nasional, Ajak Keluarga Tingkatkan Ilmu Parenting

Good Doctor bekerja sama dengan Jakarta Escape Citypark gelar seminar parenting mengenai pola hidup sehat pada perayaan Hari Anak Nasional 2023.


Cerita di Balik Hari Sejarah Nasional Setiap 14 Desember

14 Desember 2022

Sejumlah pengunjung berswa foto dengan latar depan diorama perumusan naskah Proklamasi di Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Menteng, Jakarta, Jumat 16 Agustus 2019. Museum tersebut merupakan bekas kediaman perwira Jepang Laksamana Muda Tadashi Maeda dan menjadi tempat perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Cerita di Balik Hari Sejarah Nasional Setiap 14 Desember

14 Desember sebagai Hari Sejarah Nasional merujuk pada tanggal dimulainya Seminar Sejarah Nasional 1957 di Yogyakarta.