TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Yayasan Bung Karno Guruh Sukarno Putra meminta kejelasan status ribuan barang yang dulu dikoleksi Bung Karno, yang kini tersimpan di Istana Kepresidenan.
Guruh juga meminta pemerintah mengembalikan koleksi itu terlebih dulu kepada keluarga Sukarno sebelum dikembalikan ke negara.
“Itu koleksi Sukarno. Semestinya dikembalikan dulu ke ahli warisnya. Kalaupun ada amanat untuk diberikan kepada rakyat, tidak serta-merta negara memilikinya. Harus ada pembicaraan dulu etikanya,” ujar Guruh dalam Seminar Karya Seni Rupa dan Sejarah Indonesia di Galeri Nasional, Senin, 22 Agustus 2016.
Menurut Guruh, pemerintah harus memperjelas status koleksi tersebut. Dia berharap, pemerintah selekasnya membicarakan masalah ini dengan keluarga Sukarno melalui Yayasan Bung Karno. Yayasan ini, kata Guruh, berhak membicarakan masalah tersebut karena didirikan delapan putra putri Sukarno.
Seperti diketahui, Istana Kepresidenan menyimpan hampir 3.000 koleksi benda yang sebagian besar—lebih dari 2.000 benda—dikoleksi pada era Presiden Sukarno. Sebagian besar merupakan lukisan dari para pelukis, baik dalam maupun luar negeri.
Dalam acara itu, Guruh menjelaskan soal sejarah Bung Karno mengoleksi lukisan-lukisan para seniman. Ia menyayangkan apa yang diamanahkan Sukarno tak dilaksanakan dengan baik. Dia mencontohkan beberapa koleksi istana yang telah berpindah tangan. Padahal lukisan-lukisan itu berada di Istana, yang penjagaannya ketat. “Bagaimana dengan ratusan dari ribuan koleksi yang hilang?” ujar Guruh.
Guruh mencontohkan sebuah lukisan yang berada di tangan seorang pengusaha. Ada pula lukisan karya Basuki Abdullah yang dipajang di Balai Lelang, lalu tahun berikutnya ada lukisan Istana yang dibeli orang Indonesia. Ada pula lukisan yang dicuri, lalu dipasang lukisan reproduksinya.
Mantan Kepala Biro Pengelolaan Istana, Deputi Bidang Administrasi dan Pengelolaan Istana Sekretariat Presiden, Adek Wahyuni Saptantinah, pada acara itu menjelaskan semula tak ada data resmi daftar koleksi Istana Kepresidenan.
Menurut Adek, jika ada lukisan hilang, kemungkinan terjadi pada masa transisi pemerintahan Sukarno dan Suharto. “Pada saat saya masuk dan mulai kerja, di sana tidak ada daftar itu. Kami lalu mulai satu per satu mendata berdasarkan buku koleksi Presiden Sukarno,” ujar Adek.
Adek juga menjelaskan, pendataan dilanjutkan dengan penilaian koleksi untuk keperluan anggaran perawatan. Saat dia masih bekerja, tak ada koleksi yang hilang. Malah ada beberapa koleksi istana yang semula milik museum dan galeri bisa diminta kembali tanpa ganti rugi. “Ada dua lukisan di Museum Rudana Bali. Satu lagi di galeri di Jakarta. Mereka mau kok memberikan,” ucap Adek.
Guruh juga menyampaikan niat Yayasan Bung Karno merawat koleksi Sukarno dalam satu tempat, seperti museum. Dia juga menyetujui wacana ketentuan atau aturan tentang benda-benda koleksi Istana.
Kurator pameran 17:71 Goresan Juang Kemerdekaan, Mikke Susanto, mengatakan masih ada masalah dalam pengelolaan koleksi Istana ini. Salah satu tujuan pameran ini untuk melindungi koleksi Istana. “Barang-barang ini belum masuk cagar budaya, tapi belum ada payung hukumnya,” ucap Mikke.
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid juga mengatakan pihaknya akan segera menyiapkan regulasi tentang hal ini dan sampaikan ke Sekretariat Presiden dan Istana. Hal senada juga dikatakan Eko Sulistyo, Deputi Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Kepala Staf Kepresidenan. “Sudah banyak masukan. Nanti kami sampaikan.”
DIAN YULIASTUTI