TEMPO.CO, Yogyakarta - Aktivis seni Ons Untoro terenyak. Kabar duka masuk ke telpon seluler pengelola acara Sastra Bulan Purnama di Rumah Budaya Tembi, Yogyakarta. Sahabatnya, penyair sekaligus jurnalis dan dokter hewan, Slamet Riyadi Sabrawi, 63 tahun, dikabarkan meninggal di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Sabtu malam 13 Agustus 2016. “Padahal Sabtu siang (pekan lalu) kami sempat berkirim kabar melalui Whatsapp,” katanya Ahad 14 Agustus 2016.
Slamet yang menderita stroke sejak sebelum lebaran lalu, kembali jatuh sakit beberapa hari lalu hingga sulit menelan makanan. Padahal akan berlangsung pembacaan puisi karya Slamet dan penyair lain oleh enam orang dokter pada acara Sastra Bulan Purnama Kamis mendatang 18 Agustus 2016. Pada acara itu, puisi dalam buku ontologi puisi karya Slamet berjudul “Gurit Terang di Tubuh Malam” akan dibacakan. “Beliau menyatakan akan datang dan membaca puisi. Saya bilang, jangan memaksakan diri untuk membaca,” kata Ons.
Nama Slamet hidup dalam kancah kepenyairan di Yogyakarta. Dia adalah penyair muda yang berada di sekitar penyair legendaris Umbu Landu Paranggi, pengasuh Persada Studi Klub (PSK) pada dekade 1970-an. Penyair seangkatannya Emha Ainun Najib dan Linus Suryadi AG. Saat itu, Slamet masih mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Bahkan puisi karyanya bersama karya Emha dan Iman Budi Santosa dipilih Umbu untuk diterbitkan di majalah sastra Sabana yang dikelola Perkumpulan Sastra Malioboro. “Pada 2000-an mulai menulis puisi lagi. Beliau termasuk penyair yang aktif. Puisi-puisinya diupload di media sosial,” kata Ons.
Sebagai jurnalis, Slamet menjadi kenangan bagi Direktur Lembaga Penelitian Pendidikan Penerbitan Yogyakarta (LP3Y) Ashadi Siregar. Slamet yang juga aktif di LP3Y ikut memancangkan tonggak jurnalisme empati dalam meliput orang dengan HIV-AIDS (Odha) pasca 1994. “Karena sebelum 1994, media memberitakan HIV-AIDS itu secara sensasional. Diderita artis, soal kehidupannya yang bebas,” kata Ashadi.
Keprihatinan itu mendesak perhatian Slamet bersama Ashadi untuk mendidik jurnalis untuk menulis soal odha dengan sudut pandang empati dan kemanusiaan. “Puisi telah memperhalus penghayatannya tentang kemanusiaan,” kata Ashadi.
Seolah menjadi penanda, pada 10 Agustus lalu, Slamet menampilkan puisinya yang berjudul “Kisah Tiga Jari” lewat akun Facebook. Puisi itu mengabarkan rasa sakit yang dia derita.
PITO AGUSTIN RUDIANA