TEMPO.CO, Bandung - Menjalani puasa 19 jam setiap hari di Zurich, Swiss, kemudian berburu ketupat sayur pada hari raya Idul Fitri di Amsterdam, Belanda. Itulah pengalaman berpuasa dan berlebaran musikus instrumen berbahan genteng atau keramik di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, di Eropa kali ini.
Tedi Nurmanto, 28 tahun, gitaris dan vokalis grup musik Hanyaterra, mengatakan ia ke Amsterdam untuk ikut salat Idul Fitri pada 6 Juli atau 7 Juli 2016 waktu Indonesia. “Salat bareng komunitas Euro Muslim di sini dan ada ketupat, jadi terasa Lebaran,” kata Tedi kepada Tempo via wawancara tertulis.
Momen Lebaran menjadi puncak sebulan berpuasa yang dijalaninya dengan perjuangan khusus. Tidak seperti di Indonesia yang berpuasa sekitar 14 jam, di Eropa puasa dilaksanakan lima jam lebih lama atau selama 19 jam. “Imsak jam tiga pagi, buka jam 10 malam, berat puasa di sini,” kata Tedi. Dengan menu seadanya, seperti mi instan, puasanya di negara minoritas muslim tersebut beberapa kali batal.
Tedi berada di Zurich untuk memenuhi undangan residensi seni dari Pemerintah Kota Zurich dan Zurich University of the Art yang berlangsung pada 10 Juni hingga 10 Agustus 2016. Selanjutnya, bersama kedua anggota Hanyaterra, basis Iwan Maulana, dan pemain sadatana Ami Iyang, mereka akan berada di Denmark pada 15 Agustus-4 September 2016.
Selain residensi dan berkolaborasi musik dengan band setempat, mereka ikut serta dalam sebuah festival musik. Dari Eropa mereka akan terbang ke Amerika Serikat untuk mengikuti residensi dari program Onebeat, yang menjaring musikus pemula yang memainkan musik orisinal dari berbagai negara di dunia.
Hanyaterra kini telah membuat mini album berjudul Janji Tanah Berani.
ANWAR SISWADI