TEMPO.CO, Singapura - Penayangan film Finding Dory membuat sekelompok pelindung binatang di Singapura khawatir. Sebab, penjualan ikan blue tang—spesies tokoh Dory dalam film tersebut—meningkat setelah tayangnya film buatan Pixar pada 16 Juni 2016 itu. Mereka khawatir para pembeli tidak dapat merawat ikan yang secara alami hidup di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia itu dengan baik.
"Orang-orang mungkin tidak menyadari bahwa dibutuhkan banyak waktu, tenaga, dan biaya untuk menjaga hewan agar bahagia dan sehat,” kata Jaipal Singh Gill, Direktur Eksekutif di Society for the Prevention of Cruelty to Animals, kepada The Strait Times.
Wakil Direktur Eksekutif Animal Concerns Research & Education Society Anbarsi Boopal menyarankan masyarakat bersama-sama membersihkan pantai ketimbang membeli ikan. “Ini akan jauh lebih baik untuk ikan badut dan ikan blue tang, tempat mereka seharusnya berada,” ujar pria 33 tahun itu.
Steve Yeong, penjual ikan di Yio Chu Kang, mengatakan penjualan ikan blue tang melonjak dari 100 ekor menjadi 300 ekor per pekan sejak film sekuel Finding Nemo tersebut dirilis. Penjual ikan lainnya, Edmund Lim, mengaku penjualan ikan blue tang di tokonya juga meningkat sebanyak 10 persen.
Meski begitu, para penjual ikan memprediksi peningkatan penjualan ikan blue tang tidak akan sebesar peningkatan penjualan ikan badut saat film Finding Nemo diputar 13 tahun silam. Pasalnya, harga ikan blue tang lebih mahal daripada ikan badut.
Selain itu, penjual ikan di Pasir Ris, Victor Tan, mengatakan ikan blue tang memang sudah populer di kalangan pembeli karena warnanya yang indah.
STRAIT TIMES | ARDITO RAMADHAN | ALIA