TEMPO.CO, Yogyakarta - Pertunjukan wayang kulit cuma dua jam? Kenapa tidak. Penonton tak perlu terkantuk kantuk sepanjang malam menyimak kisah panjang Ramayana lengkap dengan adegan goro-goro. Dalang dan pengrawit pun tak perlu menguras tenaga.
Pertunjukan wayang dalam waktu kilat inilah yang digelar di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, yang disebut Wayang Ringkes. Pertunjukan ini memang bukan pertunjukan wayang biasa. Penontonnya khusus, yakni wisatawan, khususnya wisatawan asing. “Sasarannya turis asing, sehingga diringkas,” kata Kepala Museum Sonobudoyo Riharyani, Rabu, 22 Juni 2016.
Pementasan wayang berlangsung saban malam, kecuali Ahad malam di Museum Sonobudoyo pada pukul 20.00-22.00. Penontonnya pun hanya sekitar 15 sampai 25 orang di dalam ruangan yang disediakan untuk 50 orang. Sebanyak 75 persen di antara penonton adalah turis asing.
Untuk menonton cukup merogoh kocek Rp 20 ribu. Dari uang tiket itulah, dalang wayang ringkes seperti Ki Waris Hadisuparta mendapat honor. Perannya serabutan, kadang sebagai dalang, saat lain sebagai penabuh gamelan. “Tahun 1980-an hanya dibayar Rp 500 sekali pentas. Sekarang sudah Rp 50 ribu per malam,” kata Waris yang petang itu telah siap dengan baju peranakan untuk menabuh gender.
Meski hanya berdurasi dua jam, bukan berarti cerita dalam pewayangan banyak dipotong atau dihilangkan. “Hanya dikurangi kembang-kembangannya. Jadi kalau ada dialog, ya lugas,” kata Waris, warga Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pementasan wayang ini tetap memakai Bahasa Jawa. Turis asing yang datang pun disediakan pemandu yang juga berfungsi sebagai penerjemah. Sejumlah brosur yang berisi lakon pun disiapkan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. “Seneng kalau ada turis ikut joget,” kata Waris yang menggelung rambut panjangnya ke dalam blangkon.
Kisah pewayangan yang dipentaskan adalah kisah Ramayana yang lebih ringkas alur ceritanya ketimbang Mahabarata. Dalam sepekan, dalang akan membagi kisah Ramayana itu dalam episode yang berbeda. Semisal, lakon Sinta Ilang, Senggana Dhuta, Rama Tambak, Anggada Dhuta, Anila Dhuta, Kumbakarna Gugur, juga Rahwana Gugur. “Jadi kalau mau menonton kisahnya utuh, ya datang tiap malam,” kata Riharyani. Wah!
PITO AGUSTIN RUDIANA