TEMPO.CO, Jakarta - Sepuluh film pendek dan 3 film animasi masuk tahap penjurian final Movie Festival 2016 di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan, Minggu, 19 Juni 2016. Semua film yang ikut lomba mengusung tema "Hero" atau kepahlawanan, dengan durasi paling lama lima menit. Total hadiah yang disediakan bagi film-film terbaik pilihan dewan juri adalah Rp 65 juta.
Wakil ketua acara Police Movie Festival, Ade Firman, menyampaikan bahwa penyelenggaraan lomba film tentang kepolisian ini sudah memasuki tahun ketiga. Untuk pendaftarannya sudah dibuka sejak 11 April, dan ditutup pada 4 Juni 2016.
"Dengan acara ini diharapkan tumbuh rasa simpatik dan dampak positif bagi hubungan Polri dan masyarakat," kata Ade mengungkapkan tujuan digelarnya festival film ini.
Ketua acara Hasby Ristama menambahkan, lomba ini sengaja diadakan dengan maksud ingin mengedukasi masyarakat agar lebih memahami sisi lain dari dunia kepolisian. "Ada 113 film yang didaftarkan dan film-film ini akan ditayangkan di Youtube," kata Hasby.
Lomba ini tak hanya diikuti masyarakat. Menurut Kepala Bagian Penerangan Umum Kepolisian RI, Komisaris Besar Martinus Sitompul, film buatan anggota polisi juga ikut dalam festival ini. Ia mengatakan, total ada 13 film karya mereka. "Dua film masuk final," ujarnya.
Acara serupa, Martinus menambahkan, juga digelar di Markas Besar Polri untuk menyambut hari lahir kepolisian nasional atau Hari Bhayangkara yang diperingati setiap 1 Juli. Tahun ini, kata dia, Polri memasuki usia 70 tahun.
Kepala Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan Polri ingin melibatkan masyarakat dan memberikan ruang masyarakat untuk melahirkan gagasannya tentang kepolisian. "Apabila film-film ini dibuat oleh masyarakat, tentu masyarakat akan mengerti tugas kepolisian," kata Boy. Menurut dia, film-film ini juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi anggota Polri.
Salah satu juri di festival ini, Prisia Nasution, menilai positif diadakannya festival film tentang polisi. Menurut dia, dengan acara ini hubungan masyarakat dan polisi menjadi tidak berjarak.
"Karena dulu, polisi dan masyarakat kayaknya agar berjarak. Justru, kita harus berdekatan dengan pelindung kita," ujar pemain film Sakola ini.
REZKI ALVIONITASARI