TEMPO.CO, Jakarta - Masih ingat kisah petualangan Marlin, si ikan badut, dan Dory, ikan jenis blue tang yang mencari Nemo? Tiga belas tahun sudah kisah Finding Nemo itu berlalu. Sekuel film garapan studio Pixar tersebut kini hadir dalam Finding Dory.
Di Indonesia, film ini disulihsuarakan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Mencari Dory. Disney yang berharap film ini bisa dinikmati semua umur juga menerjemahkan beberapa tulisan yang ada di film, seperti papan penunjuk arah, tempat pusat rehabilitasi biota laut, dan lain-lain.
Maka, jangan heran bila di film tersebut ada kawanan penyu berlogat Madura yang mengantar Marlin, Nemo, dan Dory saat melintasi samudera. Kehadiran ketiganya di Permata Morro, California, disambut suara khas Maria Oentoe, yang suaranya akrab didengar pengunjung bioskop di Indonesia.
Dua tokoh tersohor pun turut terlibat dalam sulih suara film ini, yakni Raffi Ahmad dan Syahrini. Mereka ikut mengisi suara dua tokoh pendukung, yaitu Bailey, si paus beluga, dan Destiny, si paus hiu betina yang rabun.
Head of Studios Marketing The Walt Disney Company Indonesia, Fitra Rifai, mengatakan Raffi Ahmad dan Syahrini dipilih karena karakter suaranya cocok dengan dua tokoh tersebut. "Destiny punya sisi unik paling tinggi dalam film ini dan itu ada di sosok Syahrini," ujar Fitra.
Terbukti, suara Syahrini cukup menonjol dan cocok menggambarkan karakter Destiny yang manja, lembut, dan agak serak. Syahrini sukses mengisi suara seekor paus betina yang punya jiwa penolong tersebut.
Dalam film Finding Dory atau Mencari Dory, petualangan melintasi samudera terjadi lagi. Jaraknya kurang lebih setahun setelah petualangan mencari Nemo, yang dibawa penyelam, berakhir di sebuah akuarium klinik dokter gigi di Sydney.
Kali ini, pusat cerita berada di Dory. Ikan betina itu dikenal sebagai ikan yang riang, pelupa, dan mudah teralihkan. Rupanya, dia punya memori menyedihkan soal masa kecilnya. Dory tersentak kala pertanyaan-pertanyaan soal asal-usul dan orang tua diajukan kepadanya.
Dory, yang selama ini punya ingatan jangka pendek, tiba-tiba teringat keping peristiwa masa kecil, seperti tempat ia berasal, kedua orang tuanya, dan bagaimana ia bisa terpisah sejauh ini.
Dory, ditemani Marlin dan Nemo, mencari orang tuanya. Mereka kembali bertualang melintasi Samudera Pasifik menuju Permata Teluk Morro, California, nama yang diingatnya sebagai tempat asal.
Petualangan Dory kali ini lebih menarik ketimbang petualangan Nemo sebelumnya. Dalam kondisi ingatan terbatas, Dory dituntut situasi bisa menemukan keluarga dan kembali bertemu dengan Marlin dan Nemo karena ketiganya sempat terpisah kala sampai di Institusi Biota Laut (Marine Life Institute), pusat rehabilitasi ikan dan akuarium di California.
Apakah Dory, yang ingatannya pendek, bisa mengingat banyak hal untuk menemukan hal yang selama ini ia cari? Itu jadi pertanyaan besar dan menunjukkan sisi lain Dory yang tak bisa diabaikan begitu saja. Berbagai emosi dihadirkan dalam film ini.
Perasaan sedih, tawa, gemas, tegang, dan haru muncul berulang kali, membuat perjalanan kawanan ikan kecil ini makin menyenangkan diikuti. Film tersebut mulai tayang pada 16 Juni 2016 di bioskop.
AISHA