TEMPO.CO, Semarang - Perupa asal Semarang, S. Teddy D., meninggal dunia pada Jumat malam, 27 Mei 2016. Tedi meninggalkan seorang putri bernama Blora Frida Margareta, 8 tahun, dari pernikahannya dengan Teresia Agustina Sitompul. Sebelum wafat, Teddy berpesan agar jenazahnya dikremasi dan dikebumikan di dalam kuburan ayahnya.
“Pesannya hanya minta dikremasi. Abu taruh di makam papanya yang dimakamkan di TPU Klipang,” kata ibu Teddy, Mahdalena Sunrami, 65 tahun, saat ditemui di tempat persemayaman di rumah duka Panti Wilasa Citarum, Kota Semarang, Sabtu, 28 Mei 2016.
Mahdalena menuturkan putra kedua dari empat bersaudara itu sangat peduli terhadap orang lain. “Bahkan, dalam keadaan seperti itu (sakit), dia sendiri tak diurus demi orang lain,” ujarnya.
Teddy merupakan putra kedua dari empat bersaudara. Dia dilahirkan di Padang, meski kedua orang tuanya asli Jawa. Ayah Teddy seorang tentara, sehingga Teddy ikut berpindah-pindah sejak kecil.
Menurut Mahdalena, jiwa seni Teddy sudah muncul sejak kanak-kanak, meski kedua orang tuanya bukan seniman. Hal itu dibuktikan dengan kreativitas Teddy yang pandai membuat mainan sendiri. Ia memilih kuliah di kampus seni atas pilihannya sendiri, termasuk saat kuliah di Institut Seni Indonesia Yogyakarta setelah sebelumnya kuliah di STIS Solo mengambil jurusan tata panggung.
Teddy juga dikenal dekat dengan keluarganya, termasuk sangat perhatian kepada siapa saja. “Orang yang baru kenal, kalau butuh dibantu,” tutur Mahdalena.
Istri Teddy, Teresia, menambahkan, jenazah almarhum akan dikremasi pada Senin, 30 Mei 2016, di Kedungmundu, Kota Semarang. Saat ini jenazah masih disemayamkan di rumah duka Panti Wilasa Citarum. “Hari Minggu upacara tutup peti,” ucap Teresia.
EDI FAISOL