TEMPO.CO, Jakarta - Selama lima belas tahun Coldplay masuk industri rekaman, selama itu pula lagu-lagunya menjadi hit di tangga lagu dunia. Desember tahun lalu, kelompok musik asal Inggris ini merilis A Head Full of Dreams, yang mungkin menjadi album terakhir mereka. “Ini karya ketujuh kami, dan cara kami melihatnya, ini seperti buku terakhir Harry Potter atau semacam itu,” kata Martin dalam wawancara di BBC saat peluncuran album ini. “Bukan berarti tidak ada karya lain suatu hari nanti, tetapi ini adalah penyelesaian sesuatu.”
Lalu vokalis yang dikenal suka menyanyikan nada-nada falsetto itu melanjutkan, “Saya harus berpikir ini adalah hal terakhir yang kami lakukan. Bila tidak, kami tidak mengerahkan semua energi ke dalamnya.” Perkataan Martin itu memang ambigu, tapi album terbaru mereka masuk daftar yang wajib didengar.
Bila dibandingkan dengan album sebelumnya, Ghost Stories, yang kental dengan suasana melankolis pasca-perpisahan Martin dengan aktris Gwyneth Paltrow, A Head Full of Dreams menawarkan sebaliknya. “Album ini suara kami yang bebas, berbahagia, dan bersyukur ada di kelompok ini,” kata Martin. Gitaris Jonny Buckland menyebut album ini “seperti langit dan bumi” ketika dibandingkan dengan album sebelumnya.
Lagu pembuka yang bertajuk sama dengan album ini tidak terlalu istimewa. Electronic rock yang dimainkan menggunakan bas dan gitar dengan lirik tentang mimpi yang menjadi kenyataan. Namun setelah itu, Coldplay memberi pilihan musik paling beragam sepanjang karier mereka. Birds, memperdengarkan tempo catchy, ketukan disko, dan synthesizer.
Pada Fun, Coldplay berkolaborasi dengan Tove Lo, penyanyi pop Swedia. Lagu tentang mengenang saat-saat indah ketika cinta berakhir ini diiringi dengan irama yang mudah diingat. Sedangkan dalam Amazing Day, Coldplay kembali romantis. Lewat Everglow, Martin bercerita pasca-perpisahannya dengan Paltrow. Paltrow turut menyumbangkan suaranya dalam lagu ini.
Album ini terbilang personal. Apple dan Moses—dua anak Martin dan Annabelle Walis, kekasih Martin saat ini—turut menyanyi dalam paduan suara yang digunakan dalam lagu ini. Demikian pula dengan keluarga Champion, Berryman, dan Buckland.
Kejutan dalam album ini terletak pada eksperimen Coldplay dengan hip-hop, R&B, dan dance. Ketika Coldplay mengguncang industri musik dengan Yellow pada pertengahan 2000, kelompok ini hampir mustahil berkolaborasi dengan anggota Destiny’s Child. Namun 15 tahun kemudian, Coldplay menggandeng Beyonce Knowles untuk Hymns for the Weekend. Sebelum Beyonce, Coldplay pernah berkolaborasi dengan penyanyi R&B, Rihanna, dalam Princess of China. Namun, dalam lagu itu, Coldplay lebih banyak “meminjam” karakter suara unik Rihanna dalam irama pop ala Coldplay. Dalam Hymns for the Weekend, Coldplay justru bereksperimen dalam R&B. Lagu yang dibuka dengan suara burung-burung bersiul, iringan piano, tepukan tangan, dan suara Beyonce itu dapat menjadi hit Coldplay selanjutnya.
Army of One memperdengarkan synthesizer electro-pop tentang perjuangan mendapatkan seorang gadis impian. Dalam lagu ini, Coldplay menyelipkan X Marks The Spot, lagu tersembunyi setelah menit 3:23 Army of One. Martin menyanyikan nada-nada hip-hop. Sedangkan dalam single pertama album ini, Adventure of A Lifetime, Coldplay menangkap irama dance-pop. Eksperimen musik pop di lantai dansa.
Album ini juga menampilkan Barack Obama bernyanyi himne Kristen, Amazing Grace. Coldplay meminta izin kepada Obama dan Gereja Charleston yang merekamnya ketika Presiden Amerika Serikat itu menyampaikan pidato pasca-kematian Clementa Pinckney yang tewas di kelas studi Alkitab pada 17 Juni lalu. Nyanyian dan pidato Obama itu diselipkan dalam Kaleidoscope, lagu instrumental 1 menit 58 detik yang juga menyelipkan penggalan puisi sufi dari Jalaluddin Rumi. Penggalan dari puisi yang sama juga dibacakan dalam lagu instrumental berdurasi satu menit, Color Spectrum.
Coldplay menutup album ini dengan Up & Up, lagu balada yang mendorong optimisme melihat hidup dan cinta. Menurut Martin, ini merupakan lagu yang mereka tunggu untuk ditulis setelah 15 tahun. Lagu itu tak hanya menyimpulkan keseluruhan album, melainkan satu bagian dalam hidup kelompok musik ini.
AMANDRA M. MEGARANI