TEMPO.CO, Malang -- Cerpenis Yusri Fajar akan menggugat penyanyi Glenn Fredly jika tetap meluncurkan film musikal berjudul Surat dari Praha pada Januari 2016. Alasannya, judul film tersebut sama persis dengan judul cerita pendek dalam buku kumpulan cerpen yang dia tulis. "Kami sudah layangkan dua kali somasi tapi tidak digubris," kata kuasa hukum Yusri, Solehuddin, Rabu, 20 Januari 2016.
Menurut Solehuddin, dia dan kuasa hukum Glenn telah bertemu pada Agustus 2015. Solehuddin mengklarifikasi mengenai kesamaan judul, isi dan setting film musikal tersebut dengan cerpen kliennya. "Glenn melanggar hak cipta," katanya.
Namun sampai awal 2016 somasi itu tidak ditanggapi. Karena tidak ada sikap apa-apa dari Glenn, Soleh akan menggugat soal pelanggaran hak cipta tersebut. Gugatan akan diajukan melalui pengadilan niaga maupun pidana.
Baca juga: Surat Dari Praha Ternyata Terinspirasi Lagu Glenn Fredly
Dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, kata Soleh, juga terbuka mekanisme mediasi. Dalam tuntutannya, Yusri menuntut penghargaan terhadap seniman daerah. Sebab, kata dia, selama ini banyak karya seniman daerah diadaptasi dan diambil tanpa penghargaan sama sekali. "Seniman daerah dikalahkan pemodal, tak ada penghargaan atas hak cipta," ujar Yusri.
Yusri menjelaskan cerpen tersebut diterbitkan 2012. Buku setebal 161 halaman itu merupakan kumpulan cerpen yang dihasilkan selama menempuh pendidikan pascasarjana di Jerman. Cerpen ditulis berdasarkan pengamatan dan cerita dari temannya selama mengikuti program beasiswa di Dinas Pertukaran Akademisi Jerman di Universitas Bayreuth, Bayern.
Hasilnya, 14 cerpen ditulis dan diterbitkan secara mandiri. Cerpen itu berisi cerita mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di luar negeri. Buku tersebut diapresiasi penikmat sastra.
Cerpen Surat dari Praha mengisahkan perjalanan hidup mahasiswa bernama Marwo yang kuliah di Universitas Charles, Praha pada 1960-an. Dibungkus kisah percintaan dengan gadis Praha bernama Pavla, latar cerita berupa pergolakan politik di Indonesia pada 1965. Para mahasiswa yang mendapat beasiswa ke Eropa Timur, termasuk Marwo, tak berani pulang ke tanah air karena takut dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia.
Marwo sempat hendak bunuh diri, namun Pavla menguatkan dan menyemangati hidupnya. Akhirnya Marwo memilih menetap dan bekerja paruh waktu untuk membiayai kuliah. Marwo membuka restoran yang menjual sate dan membangun rumah tangga bersama Pavla.
Yusri menjelaskan kisah tersebut ditulis setelah berkunjung ke Praha saat kegiatan Reading Ulysses di James Joyce Foundation Zurich Swiss. Yusri mendapat cerita nasib eksil atau orang terbuang saat 1960-an.
Baca juga: Julie Estelle Nyanyi OST Film Surat dari Praha
Adapun film Surat dari Praha yang dibintangi Julia Estelle, Tio Pakusadewo dan disutradarai Angga Dwimas menceritakan tentang orang-orang terasing imbas dari peristiwa 1965. Orang itu lantas tidak bisa kembali pulang ke Indonesia. Film produksi Visinima Picture, diproduseri Glenn Fredly menyambut 20 tahun kiprah di dunia seni.
EKO WIDIANTO