TEMPO.CO, Surabaya - Pelukis Muhammad Yasin alias Jansen Jasien membanderol lukisannya tentang tujuh panglima perang era Dinasti Han Timur dari Cina seharga Rp 5 miliar. Lukisan itu termasuk di antara 250 karyanya yang akan dipamerkan di Sekolah Selamat Pagi Indonesia di Desa Pandan Rejo, Bumiaji, Batu, Jawa Timur.
"Lukisan saya beri judul Three Kingdom," kata Jansen ketika mengungkap rencana pameran tunggalnya itu, di Surabaya, Rabu 16 Desember 2015.
Dia menjelaskan, mencoba melukis sifat ketujuh panglima perang itu dengan ekspresi wajah mereka satu-satu. Panglima Perang Liu Bei, misalnya, dilukiskan bersama seekor naga emas yang mengitari tubuhnya.
"Saya menyelesaikan lukisan ini selama berbulan-bulan," katanya sambil menambahkan, "Karena itu saya hargai Rp 5 miliar."
Pameran tunggalnya sendiri diberinya tajuk Jelajah Jagad dan akan digelar mulai 20 Desember hingga 3 Januari mendatang. Pelukis kelahiran Gresik, Jawa Timur, yang kemudian mendirikan Sjarekat Poesaka Surabaya ini menjelaskan, ada tiga tema besar yang diusungnya dalam pameran tunggalnya kali ini.
Ketiganya adalah dunia bocah, budaya, dan religi. “Saya sudah menggelar pameran sejak 2007,” katanya menambahkan.
Selain lukisan para panglima perang Dinasti Han itu, Jansen juga membanggakan karyanya yang kini menjadi koleksi sebuah museum di Belanda. Lukisan yang dibuatnya pada 2007 itu bercerita mengenai kunjungan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke Tanjung Perak, Surabaya.
Pada 2011 Jansen juga pernah diundang ke Singapura. Di negeri itu pelukis yang memulai pameran di selasar RSUD Dr Soetomo Surabaya delapan tahun silam itu terlibat dalam upaya pelestarian budaya melalui seni lukis.
Direktur Suara Surabaya, Errol Jonathans, mengatakan sangat mengagumi karya-karya Jansen. Oleh karena itu, media yang dia pimpin berpartisipasi dalam acara pameran tunggal yang digagas oleh Jansen.
Bahkan Errol juga mendukung penuh jika hasil penjualan lukisan akan disumbangkan kepada salah satu yayasan anak yatim piatu. "Saya sangat gembira mas Jansen punya tujuan mulia seperti itu," ujar Errol.
EDWIN FAJERIAL