TEMPO.CO, Jakarta -Novelis Ayu Utami menyatakan Sitok Srengenge seharusnya tetap boleh mengikuti kegiatan Singapore Writers Festival 2015. Keterlibatan Sitok dalam festival itu justru dapat membuka kesempatan untuk menanyakan kasus tuduhan pemerkosaan yang dilakukan satrawan itu.
Nama sastrawan Sitok Srengenge telah resmi dihapus dari daftar peserta Singapore Writers Festival 2015. Penghapusan ini dilakukan penyelenggara setelah menerima protes melalui surat terbuka. Surat terbuka itu diajukan oleh 133 orang dari berbagai kalangan, seniman, mahasiswa, hingga aktivis hak-hak perempuan, yang menolak keterlibatan Sitok karena kasus pemerkosaan Sitok.
"Sitok seharusnya tetap punya hak untuk ikut festival. Orang-orang bisa tanya soal pemerkosaan atau memprotes dia lewat diskusi di festival itu nantinya," ujar Ayu Utami kepada Tempo saat dihubungi pada 5 Oktober 2015.
"Tapi kalau pada akhirnya nama dia dihapus, itu hak panitia," tambah penulis novel Saman itu.
Ayu mengatakan bahwa dia tidak ikut menandatangani petisi karena tidak diminta. Namun, dia menghargai keputusan banyak orang, yang menolak keterlibatan Sitok dalam festival itu.
"Kalau para aktivis perempuan banyak yang keberatan, saya juga bisa paham," ujar wanita yang berkerja sebagai kurator sastra di Komunitas Salihara itu.
Pada 2013, Sitok dilaporkan atas tuduhan pelanggaran seksual dan pemerkosaan terhadap RW, mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Pada 2014, Sitok ditetapkan sebagai tersangka setelah polisi melakukan pemeriksaan terhadap 11 saksi.
Selain RW, dikabarkan pula bahwa ada dua perempuan lainnya yang menjadi korban RW. Sampai sekarang, proses hukum kasus ini masih berlanjut.
LUHUR TRI PAMBUDI