TEMPO.CO, Jakarta - Telah lama sutradara Lola Amaria tak memproduksi film baru. Bintang film dan model itu ternyata sedang sibuk menjadi pembicara di beberapa acara yang masih membahas soal film di kancah internasional.
Pada Minggu, 27 September 2015, Lola menjadi salah satu pembicara di The Asian Consortium 2015 di Hong Kong. Lola menjadi satu di antara seratus pembicara dalam acara yang digelar di Poly University of Hong Kong. The Asian Consortium kali ini mengangkat tema tentang Inovasi Sosial.
Sutradara yang lebih sering mengangkat tema sosial dalam filmnya itu menyampaikan hasil risetnya tentang kelompok disabilitas, khususnya tunanetra. "Menurut WHO, jumlah mereka lebih kurang 36 juta orang dan 3,5 juta di antaranya adalah tunanetra. Bertahun-tahun mereka berjuang untuk mendapatkan akses yang sama dalam berbagai bidang, tetapi ternyata belum juga berhasil. Dalam sektor pendidikan dan kesehatan kelihatan sekali bagaimana kita diskriminatif. Sekolah untuk mereka, pemerintah hanya menyediakan 345 saja dari 181 ribuan sekolah. Puskesmas yang punya program kerja sama dengan SLB hanya 498 dari 9000-an puskesmas," kata Lola menjelaskan presentasinya kepada Tempo, Senin, 28 September 2015.
Lola memang lebih tertarik dengan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dia juga mencemaskan ketersediaan akses untuk fasilitas publik. Ia menunjukkan contoh jembatan penyeberangan menuju Transjakarta dan pedestrian di Jakarta.
"Dari 165 jembatan penyeberangan hanya separuh yang ada ramp-nya dan dari tujuh lift di jembatan penyeberangan hanya satu yang berfungsi. Pedestrian apalagi. Sekarang trotoar tidak lagi ada guiding block dan malah digunakan jualan. Apa mereka yang disable harus digotong ke sana kemari? Belum lagi hotel dan pusat perbelanjaan, banyak yang tanpa akses untuk kelompok disable," ujar Lola, sambil menyebutkan beberapa data terbaru risetnya tentang fasilitas untuk kelompok disabilitas.
Lola menutup presentasinya dengan sebuah trailer film terbarunya berjudul Jingga. Film ini dibuat berdasarkan hasil riset tersebut.
Setelah menyampaikan presentasinya tentang bentuk-bentuk diskriminasi terhadap kelompok disabilitas di Indonesia, Lola mendapatkan banyak pujian. "Kata mereka, presentasi ini menyadarkan mereka bahwa ternyata mereka selama ini kurang memperhatikan kelompok disabilitas di sekitarnya. Padahal, mereka ada, tapi selama ini seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal, sikap seperti itu juga menjadi bagian dari tindakan diskriminatif," kata wanita berusia 38 tahun itu.
The Asian Consortium yang berlangsung sampai 4 Oktober 2015 merupakan kegiatan tahunan yang dibuat untuk para aktivis sosial yang dipandang sudah melakukan perubahan dalam masyarakat.
Selain pameran, para pembuat perubahan ini dapat menyampaikan ide perubahan dan pemikiran segar bagi perkembangan masyarakat Asia pada sesi presentasi. Pada 2015, The Asian Consortium mengangkat empat topik utama, yaitu Ageing and Well-being, Sustainable City, Social Economy and Entrepreneurship, dan Resilient Community.
ALIA