TEMPO.CO, Jakarta - Biasanya dalam suatu lukisan hanya terdapat satu tanda tangan, yaitu tanda tangan si pelukis. Namun pada lukisan berjudul Air Mancar, yang dibuat Srihadi Soedarsono pada 1973, terdapat dua tanda tangan. Selain tanda tangan Srihadi, ada tanda tangan Gubernur DKI Ali Sadikin. Selain tanda tangan, pada kanvas itu terdapat ungkapan kemarahan Ali Sadikin.
“Ini mungkin satu-satunya di dunia, satu lukisan dua tanda tangan. Saya bersyukur,” ujarnya di sela acara ceramah seni, "Aku dan Lukisan Indonesia", di Teater Salihara, Selasa malam, 15 Februari 2015.
Lukisan tersebut memang mengandung kritik yang sangat pedas tentang kondisi Ibu Kota saat itu. Dalam lukisan itu, Srihadi menorehkan lukisan air mancar di bundaran Hotel Indonesia. Gedung-gedung pencakar langit di sekitar bundaran air mancar itu penuh papan reklame merek-merek produk Jepang. Padahal saat itu menjelang kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka
Lukisan tersebut rencananya akan dipamerkan di Taman Mini Indonesia Indah dan dibuka oleh Presiden Soeharto. Sebelum pembukaan, Bang Ali, panggilan Gubernur Ali Sadikin, melihat lukisan tersebut dan sangat marah. “Apa betul sedemikian semrawutnya Kota Jakarta, dia pun sangat marah dan membuat tulisan dan tanda tangan di lukisan itu,” ujarnya.
Lukisan itu kemudian disita. Tapi kemudian Bang Ali menyadari kekeliruannya dengan mencoret lukisan itu dan menyadari kritik tersebut. Dia malah menertibkan reklame tersebut dan meminta maaf kepada Srihadi. “Saya baru ketemu pemimpin yang mau meminta maaf atas kesalahannya,” ujarnya.
Selain meminta maaf secara lisan dan tulisan, Bang Ali mengungkapkan dengan meminta Srihadi melukis mural dalam ukuran besar, 3 x 12 meter. Lukisan itu kini berada di gedung Balai Kota DKI lantai 22.
DIAN YULIASTUTI