TEMPO.CO, Beijing – Pengguna media sosial mengecam film China berjudul Cairo Declaration. Film yang berkisah tentang pertemuan puncak para pemimpin dunia itu dianggap telah membelokkan sejarah dengan menampilkan pemimpin revolusioner Mao Zedong menghadiri konferensi yang tidak pernah dia lakukan. Film perang tersebut diproduksi oleh perusahaan yang terafiliasi dengan militer China dan merupakan bagian dari agenda pemerintah dalam memperingati perayaan ke 70 tahun menyerah Jepang.
Amerika Serikat, Inggris dan China bertemu di Kairo, Mesir pada November 1943 untuk memetakan rencana pasca-perang di Asia. Dalam pertemuan itu mereka memutuskan bahwa wilayah yang dikuasai Jepang harus dikembalikan ke China. Namun, pengguna media social dan media pemerintah bereaksi keras ketika melihat trailer dan poster film itu. Pengguna internet menekankan bahwa Mao tidak memiliki peran besar dalam konferensi tersebut.
China—yang kemudian dikenal sebagai Republik Rakyat China— dalam konferensi tersebut diwakili oleh pemimpin nasionalis Chiang Kai-shek, yang belakangan kalah dalam perang sipil melawan tentara komunis yang dipimpin Mao. Salah seorang pengguna internet yang skeptic menulis, “Biarkan saja Mao jadi bagian dari konferensi, kayak sejarah yang kita tahu itu benar sesuatu yang nyata.” China berencana mengadakan parade militer besar-besaran di Beijing bulan depan untuk memperingati Perang Rakyat China Perlawanan Terhadap Agresi Jepang dan Perang Dunia Anti-Fasis.
Trailer film yang di-posting di YouTube itu dibuka dengan pidato Mao yang berapi-api mengatakan, "tugas untuk komunis di dunia adalah untuk menentang Fasisme melalui perjuangan." Poster iklan film itu menampilkan actor yang berperan sebagai Mao melihat dari kejauhan.
Di media sosial, poster dengan gambar Mao itu digantikan dengan Gollum, karakter fiksi dari The Lord of the Rings, serta Minion, serta pekerja kuning dari film Despicable Me. Bahkan ada yang mengganti wajah Mao dalam poster dengan Presiden China, Xi Jinping yang belum lahir pada tahun 1953.
“Dengan menampilkan Mao, yang tak hadir dalam pertemuan itu dan meniadakan peran Chiang, Poster itu tidak menghargai sejarah ataupun Mao,” kata kritikus budaya Sima Pingbang seperti dikutip tabloid Global Times. Salah satu editorial surat kabar berbahasa China yang memiliki hubungan dengan partai komunis juga mengkritik film tersebut, dengan menyebut penggunaan Mao dalam promosi film tersebut, “tidak pantas.”
AMANDRA