Ketua Panitia Tadarrus Sastra, Ahmad Idham Al-Ghazali, mengatakan Tadarrus Sastra adalah sebuah proses kreatif untuk melantunkan syair-syair sastra—seperti halnya dalam Islam, ada tadarus ayat-ayat suci. Karya-karya sastra itu kemudian didiskusikan secara lebih mendalam. “Kali ini kami fokus pada tema Ketukan-ketukan Sunyi untuk digali lebih mendalam lewat diskusi,” kata Idham.
Idham menjelaskan, tema itu dipilih karena menganggap kesejatian diri akan bisa didapatkan dalam kesunyian. Karya-karya seperti puisi, novel, disebutkannya pula, tidak jarang lahir dari kesunyian yang mampu ditangkap dan dilukiskan oleh para sastrawan. ”Acara Tadarrus Sastra sendiri adalah cara untuk menghidupkan kembali kecintaan terhadap syair-syair puisi dan pemahaman mendalam terhadap makna kesunyian dalam sastra.”
Setelah berbincang tentang kesunyian, acara dilanjutkan dengan melantunkan syair-syair puisi yang dibacakan sambung-menyambung. Puisi-puisi yang dibacakan adalah karya-karya yang terangkum dalam buku Serangkai Bunyi Sunyi, antologi puisi yang berisi 169 karya anggota eSA.
MUHCLIS ABDUH | IRMAWATI