TEMPO.CO, Makassar - Kadang-kadang ada hal yang sulit untuk dihindari, meski kita sudah berusaha menghindar dan berlari sejauh apa pun. Ada bagian dari adegan-adegan hidup tak selalu seperti mau kita. Malam itu, Athirah bersama Ucu—panggilan Jusuf Kalla saat kecil—datang ke pesta pernikahan koleganya. Di pesta itu terjadi pertemuan antara Athirah dengan suaminya, Puang Haji Kalla, yang datang bersama istri keduanya, Adewiyah.
Begitulah sepenggal adegan film berjudul Emma’ garapan Riri Riza. Pengambilan gambar adegan ini dilakukan di Gedung Kesenian Societeit de Harmonie Makassar, Sabtu lalu. Merupakan proses syuting terakhir di Makassar, sebelum berangkat ke Sengkang, Kabupaten Wajo, dan Kota Parepare untuk syuting lanjutan.
Tapi film ini bukan soal poligami atau biografi seorang Athirah. Ini tentang Emma’—sebutan ibu, tentang bagaimana perjuangan seorang perempuan yang juga seorang ibu, bagaimana perempuan survive dan menjadi pegangan keluarga. “Saya akan menceritakan secara personal sosok Emma’, melihatnya secara intim,” ucap Riri di sela-sela syuting.
Menurut Riri, Emma’ atau Athirah adalah sosok yang punya sesuatu yang baik dari tokoh itu yang penting untuk diceritakan. Meski ini adalah kisah realis, tapi ada bagian-bagian tokoh utama, terutama karakternya, yang didramatisir. Riri menerjemahkan bagaimana sosok seorang Emma’ mengendalikan diri.
Menerjemahkan sosok Athirah bukanlah hal yang mudah bagi Cut Mini yang memerankan tokoh utama. “Sangat susah menjadi Athirah. Bohong saja capek, bagaimana menjalaninya dalam kehidupan nyata,” kata Mini. Perempuan berdarah Aceh ini mengaku memerankan Emma’ itu adalah main dalam dan penuh perasaan. “Saya tidak bisa diam lama di satu titik untuk menjadi Athirah. Saat saya pakai bajunya, ego harus ditahan. Setelahnya saya akan kembali menjadi diri saya,” ucap Mini yang ditemui di sela-sela syuting.
Tak hanya menjadi karakter tokoh yang bukan menjadi dirinya. Bagi Mini, skenario film ini cukup berat, hingga membuat dia sering pulang dengan migrain. Selain belajar menjadi sosok yang sabar seperti karakter tokoh utama, Mini juga harus belajar bahasa dengan dialek Makassar.
Bagi Riri, salah satu hal yang diminati dalam membuat film adalah bahasanya. Bagaimana ia bisa mengeksplor bahasa-bahasa lokal dan menghadirkan pendekatan-pendekatan baru dalam bahasa.
Menyutradarai film Emma’ bagi Riri bukan sekedar menggarap film. Kepada Tempo, Riri mengaku punya hubungan secara pribadi apa yang ingin dikatakan dalam film. Kisah kehidupan antara tahun 1950-1960, sesuatu dari Sulawesi Selatan yang ingin berkomunikasi lebih luas.
Lima tahun terakhir, sutradara asal Makassar ini kembali bekerja untuk kampung halamannya, memberikan nyawa bagi dunia perfilman di Makassar, salah satunya melalui program SeaScreen Academy. “Sekarang saya punya kesempatan untuk membuat film, tentang perempuan, tentang ibu,” ucapnya.
Selain Cut Mini, ada Jajang C. Noer yang berperan sebagai Hajja Kerra, ibunya Athirah. Lalu Puang Haji Kalla diperankan oleh Arman Dewarti, seorang pegiat film di Makassar. Sedangkan Adewiyah diperankan oleh Yuli Tarebbang, presenter salah satu televisi lokal. “Sekitar 20 persen tim film dari Makassar, 80 persen dari Jakarta, terutama tim teknisnya,” ucap Riri. Asisten sutradara 2 dan 3 juga dari Makassar, yakni Andi Burhamzah dan Aditya Ahmad.
Rencananya film ini akan dirilis tahun depan. Dengan naskah skenario mencapai 70 halaman, diperkirakan durasi film sekitar 100 menit.
IRMAWATI
Baca Juga:
Kisah Angeline: Bocah Ini Tak Terurus Sejak Ayahnya Tiada
Disebut Ancam Agus, Ini Momen Andika Kenal Margriet
Aneh, Saat Akseyna UI Tewas,Ponsel & Kamarnya Dikuasai Teman
Muncul Nama Rohana di Pemeriksaan Margriet, Siapa Dia?
Tragedi Angeline, Agus Diancam: Kamu atau Aku yang Mati
Aji Santoso Bantah Terlibat Pengaturan Skor
Begini Asal Usul Terbongkarnya Pengaturan Skor Tim U-23