TEMPO.CO, Jakarta - Band pop indie Efek Rumah Kaca (ERK) dikenal dengan lagu-lagunya yang kritis terhadap pemerintah dan fenomena sosial di Indonesia. Namun Cholil Mahmud, gitaris dan vokalis yang banyak menciptakan lagu-lagu ERK, mengaku tidak mudah membuat lagu yang kritis tapi enak didengar.
"Bikin lagu kritis ternyata enggak gampang. Kalau lihat fenomena di Indonesia bawaannya cuma bisa marah, tapi sulit dibuatkan lagu," ujar Cholil saat ditemui di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Senin, 16 Juni 2015.
Adapun yang paling sulit, menurut Cholil, adalah membuat lagu bertemakan korupsi. Cholil mengaku pernah mencoba, tapi tidak berhasil. "Susah bikin lagu korupsi yang enggak terlalu menyebarkan propaganda tapi juga bisa dinikmati," ujar magister jurusan seni politik di New York University ini.
Selain itu, Cholil mengaku kesulitan membuat lagu berbahasa Inggris. Bukannya tidak mau, Cholil justru merasa tidak mampu membuat lagu berbahasa Inggris yang hasilnya memuaskan. "Gue pengen berkarya yang maksimal. Gue lebih maksimal berkarya kalau pakai bahasa Indonesia," tuturnya.
ERK pertama kali berdiri pada 2001. ERK terkenal dengan lagu yang kritis, seperti Jalang dan Di Udara. Lewat lagu Jalang, ERK mengkritik RUU tentang pornografi yang dianggap merugikan kebebasan seniman dalam berkarya.
Sedangkan Di Udara adalah lagu yang didedikasikan untuk aktivis HAM, Munir Said Thalib, yang tewas diracun pada 7 September 2004 di dalam pesawat menuju Amsterdam.
LUHUR PAMBUDI