TEMPO.CO, Jakarta - Musikus legendaris, Donny Fattah, pernah berada di ambang maut. Pada Januari 2012, dia mendadak terserang sakit jantung yang mengharuskan rocker cadas ini terkapar tak berdaya di ranjang rumah sakit.
Operasi pun harus Donny jalani karena ada penyumbatan di tiga pembuluhnya sekaligus. Syukurnya, pembetot bass di grup band 70-an God Bless ini masih diberi kesempatan hidup. Namun, pria 65 tahun itu tidak akan melupakan peristiwa itu. Malahan, peristiwa itu telah mengubah pola pikirnya dalam menjalani hidup.
"Itu salah satu peristiwa paling mengerikan dalam hidup saya. Saya tidak mau merasakannya lagi," ujar Donny saat dijumpai di bilangan Jalan Ampera, pada Rabu malam, 10 Juni 2015.
Untuk bisa terus berkarya di usia gaek, Donny mengungkapkan pentingnya memperhatikan gaya hidup. "Saya tidak punya resep khusus. Setelah kena sakit jantung tahun 2012, saya berhenti merokok dan bergadang," ungkap Donny yang saat masa mudanya sanggup menghabiskan lima bungkus kretek.
Menurut Donny, eksistensi adalah jaminan mutlak bagi musikus yang konsisten berkarya. Namun, itu tidak akan terjadi jika musikus mengabaikan pola hidup nya. "Supaya eksis, musikus harus terus berkarya. Bukan hanya merokok untuk gaya-gayaan. Jalankanlah profesi secara profesional," ujar Donny.
Donny bersyukur karena masih ada hikmah di balik malapetaka yang menimpanya tersebut. "Sewaktu saya sakit, ada gerakan 1.800 penggemar yang berhenti merokok. Saya bersyukur sakit jantung saya bisa membawa kebaikan bagi orang lain."
Kini, Donny masih berdiri tegap dan merilis album solo berjudul Hitam Putih bersama Donny Fattah Project. Ini membuktikan bahwa meski keriput memenuhi tubuhnya, dia adalah rocker sejati yang tidak mudah tumbang.
LUHUR PAMBUDI