TEMPO.CO, Yogyakarta - Gambar bola dunia berwarna biru dan putih sedang menggelinding. Ring berbentuk cincin melingkari bola itu. Dua manusia memegang pinggiran ring. Mereka menggelindingkan bola melalui ring. Si bundar itu bak tata surya. Citraan bola itu adalah karya seni cetak grafis berjudul Endless Scrolling IV karya pegrafis Agung Prabowo. Karya berseri itu adalah satu dari 33 karya cetak grafis di atas kertas yang dipamerkan dalam pameran bertajuk "33 Prints" di Situs Kriya Jogja National Museum, 7-16 Juni 2015.
“Pameran ini memberi ruang bagi pegrafis secara berkelanjutan,” kata Syahrizal Pahlevi, pemilik TERAS Print Studio, penyelenggara pameran, Sabtu, 6 Juni 2015.
Ini merupakan pameran oleh tiga seniman dengan 33 karya yang akan diadakan tiap dua tahun sekali.Tiga seniman itu adalah pegrafis terbaik pemenang The 1st Jogja Miniprint Biennale 2014. Mereka adalah Agung Prabowo, Deni Rahman dari Indonesia, dan Lidija Antanasijevic dari Serbia.
Pameran yang pertama ini menampilkan 33 karya cetak grafis di atas kertas dengan ukuran kertas maksimal 60x60 cm. Karya tiga pegrafis dipilih sebagai karya terbaik dari 140 karya. Ada 72 seniman Indonesia dan 22 negara lain yang lolos seleksi juri waktu itu, yang terdiri dari Hendro Wiyanto dengan anggota Devy Ferdianto dan Agung Kurniawan.
Pegrafis Agung Prabowo mengatakan karyanya menggambarkan pengaruh budaya internet. Dia mencontohkan karya berupa bola bercincin yang digelindingkan manusia. Karya itu memakai teknik photolithography print on handmade paper. “Saya mengambil beberapa gambar dari internet,” kata Agung. Ia menampilkan 11 karya seni grafis, terdiri dari dua karya tahun 2014 dan sembilan karya tahun 2015.
Figur manusia juga banyak dimunculkan pegrafis Deni Rahman. Dalam karya berjudul Di Bawah Konstruksi Patriarki, Deni menampilkan citraan laki-laki bertubuh kekar dan berotot. Dia berdiri tegak dengan kepala ditindih candi. Karya yang diciptakan tahun 2015, berukuran 40 sentimeter x 27 sentimeter ini memakai teknik digital version for intaglio.
Deni menyatakan karyanya bicara tentang identitas maskulin yang dibentuk masyarakat. Misalnya, laki-laki identik dengan otot dan kuat. Alumnus Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini memajang 11 karya grafis. Deni juga menampilkan karya tentang hubungan antara manusia dan binatang.
Satu dari 11 karya pegrafis asal Serbia, Lidija Antanasijevic, berjudul Thinking menampilkan citraan kepala manusia. Jari-jari dua tangan menutup dua bola mata.
Penulis pada katalog pameran ini, Sudjud Dartanto, mengatakan tiga pegrafis memperlihatkan kecakapan teknik, eksplorasi media, dan gagasan karya. “Masing-masing pegrafis punya cara menempatkan materi manusia dalam bidang. Warna karya terbentang dari warna pekat hingga cerah,” kata Sudjud.
SHINTA MAHARANI