TEMPO.CO , Singapura : Apa yang paling diingat banyak orang dari Ratu Mesir Cleopatra? Kisah cintanya dengan jenderal perang Marc Antony atau kisah kehebatannya menaklukkan Raja Romawi Julius Caesar? Atau justru cerita kematiannya yang memiliki banyak versi? Ada yang menyebut Cleopatra mati meminum racun ular kobra. Namun versi lain meyakini sang ratu mati terpagut dua ular yang menyelinap di keranjang buahnya.
Cleopatra memang meninggalkan banyak cerita. Tak hanya kemasyhuran dalam percintaannya saja. Kekuasaan dan kejeniusannya dalam berpolitik juga menarik untuk diperbincangkan. Bahkan di bidang seni, pengaruhnya tak kalah kuat. Pada abad ke-15 sampai ke-16, kematian Cleopatra menginspirasi sejumlah seniman untuk berekspresi. Sebastiano Mazzoni (1611-1678), misalnya, menafsirkan kematian Cleopatra dengan membuat lukisan minyak berjudul Cleopatra's Death yang menunjukkan kematian Cleopatra yang erotis-berbaring dengan bertelanjang dada, dengan seekor ular memagut dada sang ratu, dikelilingi dayang-dayangnya.
Mitologi Cleopatra ini pula yang kemudian menginspirasi Marc Restellini, pendiri Museum Singapore Pinacotheque de Paris, dalam menggelar pameran bertema "The Myth of Cleopatra". Bertempat di The Features Gallery, pameran yang digelar sepanjang 30 Mei-11 Oktober 2015 ini merupakan bagian awal dari pembukaan Museum Singapore Pinacotheque de Paris di Singapura.
Tak kurang dari 200 karya, dari artefak arkeologi, patung, lukisan, sinema, properti, hingga perlengkapan opera dan teater, dipamerkan di salah satu ruang besar Museum Singapore Pincathoteque de Paris itu. Benda-benda yang dipamerkan ini merupakan koleksi dari berbagai museum di Italia, termasuk Musée national d'Archéologie, Naples.
"Cleopatra adalah mitos, legenda berabad lampau, dia termasyhur, tidak begitu cantik. Menguasai banyak bahasa, dia satu-satunya ratu yang jenius berpolitik modern di dunia," ujar Marc Restellini kepada Tempo, di Singapore Pinacotheque de Paris, yang berlokasi di Fort Canning, Singapura, Kamis pekan lalu.
Menurut sejarawan seni lulusan The Universitie Pantheon-Sorbonne ini, Cleopatra adalah sosok yang misterius, menarik untuk ditelisik. "Dia menghubungkan sejarah antarbenua di Yunani, Roma, Mediterania, dan Mesir. Lihat saja dari artefak atau cerita yang muncul. Menyebar ke berbagai tempat tersebut," kata dia.
Bagi pengunjung pameran yang kurang mengenal sosok Ratu Cleopatra, bisa belajar mengenalnya dengan menonton film Cleopatra di sebuah layar selebar hampir 3 meter. Dalam film itu Cleopatra "dihidupkan" oleh aktris Hollywood, Elizabeth Taylor, yang bermain dengan Richard Burton yang berperan sebagai Marc Antony dan Rex Harrison sebagai Julius Caesar. Film garapan Joseph L. Mankiewicz ini meraih empat Oscar pada 1963.
Kostum kebesaran Ratu Mesir yang menyerupai burung berwarna emas yang dikenakan Elizabeth Taylor dalam film ini pun ikut dipamerkan. Kostum ini merupakan koleksi Costumi d'arte, Peruzzi, Roma. Selain film, sosok Cleopatra, Marc Antony, dan Julius Caesar dihadirkan melalui kostum opera dan teater yang dimainkan di Teatreo dell'Opera, Roma, pada 1985. "Kostum Cleopatra di film ini didasarkan pada koin yang ditemukan dan bergambar Cleopatra, juga untuk Antony dan Oktavian," ujar Giovanni Gentili, ahli barang antik dan seni Italia, sekaligus kurator pameran ini, pada Jumat pekan lalu.
Pengunjung pun bisa melihat sisa peradaban kebudayaan masa lalu di Mesir dari sisa lempengan dekoratif kehidupan flora dan fauna yang ditemukan di sepanjang Sungai Nil. Lempengan dengan simbol buaya dan gladiator dari abad pertama masehi ini koleksi Museum Nasional Roma. Ada juga patung burung Ibis yang dibuat dari perunggu dan marmer yang diperkirakan berasal dari abad pertama masehi. Patung burung yang biasa dikorbankan rakyat Mesir sebagai persembahan mereka kepada Dewi Isis ditemukan di Pompeii.
Dalam pameran ini juga dipajang benda-benda sisa-sisa kejayaan Dinasti Ptolemia dan kisah Cleopatra di Roma, Yunani, dan kawasan Mediterania. Benda-benda itu di antaranya patung marmer dengan hidung dan dagu yang sedikit rusak, patung kepala dari marmer yang diduga Marc Antony-koleksi Musee civique d'Archeologie, Bologna, patung Julius Caesar, serta patung Spinx berukuran panjang sekitar 1 meter.
DIAN YULIASTUTI