Kisah Maisie mengisi Weekend Kino Klub yang digelar Cinema Appreciator Makassar (CAM) dan Rumata’ Artspace, di Rumah Budaya Rumata’ di Jalan Bontonompo Makassar, Jumat malam lalu. Bulan ini, pemutaran film bertema “Literature In Cinema”, sehingga dipilihlah film-film yang diangkat dari karya sastra, sebagai pra event Makassar International Writers Festival yang akan berlangsung pada 3-6 Juni mendatang.
Puluhan anak muda memenuhi ruang Rumata’. Ada yang duduk di lantai, ada juga yang menggunakan kursi yang berada di deretan belakang. Kebanyakan yang menonton adalah kaum hawa, mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Universitas Negeri Makassar. Anggota komunitas CAM juga tak ketinggalan.
“Film ini mengajak kita melihat masalah rumah tangga dari sudut pandang, atau kacamata Maisie,” ungkap Kemal Syaputra, pemandu diskusi. Menurut alumnus Jurusan Psikologi Universitas Indonesia Timur tersebut, film ini memperlihatkan bagaimana anak-anak menyerap dan membuat persepsi sendiri tentang kehidupan orang dewasa.
Menurut Kemal, saudara Henry James, sang penulis novel ini, adalah seorang psikolog. Sosok Maisie pernah ditemukan Henry saat berdiskusi dengan kakaknya.
Salah seorang penonton, Nur Fakhirah, melihat Maisie adalah sosok anak yang kuat yang mampu bertahan dan menemukan kebahagiaan lain di tengah kekisruhan hubungan orang tuanya. Fakhirah ikut menonton bersama beberapa temannya, karena mendapat tugas kuliah dari dosen.
Penonton lain, Risnawati, yang menemani sepupunya, menilai film ini mengandung banyak pesan menarik. Bagaimana seorang anak harus tetap tegar dan bertahan. Menurut dia, hampir mustahil menemukan anak setegar Maisie dalam kehidupan nyata.
Ketua Komunitas CAM, Syaifullah, berpendapat lain. Kisah dalam film ini, kata dia, bisa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Perceraian selalu mengorbankan anak-anak. Karena itu, film ini sangat direkomendasikan untuk ditonton oleh pasangan muda yang akan maupun yang sudah menikah.
Menurut dia, penting bagi setiap pasangan untuk memperhatikan tumbuh kembang anak dan menyisakan waktu untuk bercengkerama dengannya. Film ini juga menunjukkan bahwa anak akan menjadi korban dari pertengkaran dan perceraian orang tua.
MUHCLIS ABDUH