TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia kaya dengan bocah-bocah berbakat musik. Di antaranya adalah Joey Alexander, yang namanya sudah menyedot perhatian publik Amerika Serikat, Jennifer Chrysanta Salim, dan Michael Antony. Tak semuanya lahir dari les piano formal.
Sementara Jennifer dan Joey Alexander sempat mengenyam pendidikan piano klasik formal, lain lagi dengan Michael Anthony. Menurut guru piano Michael, Ivana Fidelia Tjandra, Michael istimewa karena tidak mengenal pelajaran piano formal seperti anak lainnya. Ajaibnya, Michael bisa memainkan sebuah lagu lewat piano hanya dengan mempelajarinya lewat pendengaran. Jika kakak Michael, yang 10 tahun lebih tua, memainkan sebuah lagu dengan piano di rumah, misalnya, suatu ketika Michael bisa memainkan musik yang sama persis. (Baca: Inilah Sosok Joey Alexander Pianis yang Masuk New York Times)
Kemampuan itu, kata Ivana, karena Michael dengan segala keterbatasannya punya kelebihan dalam hal pendengaran. “Anak seperti Michael itu tidak tertarik belajar kunci C, F, A seperti anak lain. Tapi, kalau kita dudukin dia di depan piano, dia bisa main lagu-lagu yang pernah ditangkap telinganya, termasuk lagu-lagu klasik yang tergolong susah untuk anak seumurnya,” kata perempuan 30 tahun ini, yang mengajar di Jaya Suprana School of Performing Arts, sekolah musik untuk anak berkebutuhan khusus Shining Star Academy, dan Home Piano Studio di Kelapa Gading, saat ditemui Kamis petang lalu.
Pertama kali berkenalan dengan Ivana, Michael sempat menjaga jarak. Jangankan mengobrol soal pelajaran, disapa orang pun Michael biasanya tak menyahut. Michael, yang 23 Januari lalu baru saja berulang tahun ke-11, juga tak bisa menyerap ajaran piano yang disampaikan Ivana secara verbal. Diajari cara memencet piano pun susah, karena mulanya Michael kerap menepis tangan orang lain yang menyentuhnya. (Baca juga: Apa Kata Media Asing Soal Joey Alexander Sang Pianis Ajaib)
Ivana pun putar otak. Lulusan master di bidang asisten pengajaran piano kolaboratif di Bowling Green State University, Ohio, Amerika Serikat, itu akhirnya memilih cara khusus untuk melatih Michael. Saat kursus sepekan sekali, Ivana biasa memainkan sebuah lagu sembari menuturkan tipe melodinya. “Saya main lagu sambil bilang ke Michael, ‘Ini nada keras, ini nada lembut’. Dari mendengar saya bermain, dia merekam nada-nadanya di kepala. Kepalanya Michael itu kayak cakram yang memuat banyak informasi dengan cepat,” ujarnya.
Pada usia 11 tahun, Michael, yang pernah menggelar konser tunggal di Erasmus Huis pada April 2012, juga sudah bisa memainkan Rhapsody in Blue karya komposer Amerika Serikat, George Gershwin. Lagu yang biasanya dibawakan pianis dewasa itu bisa dihafal Michael setelah berlatih satu setengah bulan saja. “Saya memang sinting mengajarkan Rhapsody in Blue ke anak seumur Michael. Tapi ternyata dia cepat mempelajari lagu yang rumit dan panjang itu,” kata Ivana.
Pianis senior Ananda Sukarlan mengatakan, metode mengajar anak-anak berbakat musik adalah haram hukumnya bila monoton, apalagi terlalu mengacu pada buku. Itulah sebabnya, dalam tiga jilid modul piano klasik untuk anak bikinannya, Alicia’s Piano Book, Ananda memilih taktik yang berbeda. Ia menghadirkan nomor-nomor menyenangkan yang tak bakal membuat bocah bosan. Misalnya lagu yang bercerita soal matahari terbenam, lari pagi, dan anjing pudel. Buku yang ia tulis sejak 10 tahun lalu itu dibikin berdasarkan pengalamannya mengajarkan piano kepada Alicia, putrinya. (Baca: Inilah Bocah-bocah Ajaib di Musik Indonesia Selain Joey Alexander)
ISMA SAVITRI