Semesta bercerita tentang kita di semesta ini, lalu berpikir ada kehidupan yang besar di luar sana. Semesta adalah lagu Melismatis dengan lirik terpendek. Empat penggal syair itu diulang-ulang. Menurut Dede, kata-kata inilah yang bisa mewakili lagu itu.
Dia juga mencontohkan lagu pengiring upacara kematian di Tana Toraja, Ma'badong. “Syairnya diulang-ulang, tetapi sebenarnya dia bercerita dari awal kelahiran sampai meninggalnya orang itu.”
Sementara itu, lagu dengan lirik terpanjang adalah Mata Tertutup. Lagu ini bercerita tentang perjalanan spiritual, yaitu, menutup mata dan berdoa. Satu lagi yang menambah warna musik Melismatis, yakni kehadiran Adam yang memainkan alat musik tradisional. Dia di antaranya memainkan kecapi, bel, pui-pui, dan tamborin.
Bermain keyboard dan controller, Adam resmi bergabung dua tahun belakangan. Dia banyak belajar musik tradisional di Sanggar Alam Serang Dakko, di Benteng Somba Opu, Gowa.
Album kedua mereka yang memuat 16 lagu akan diluncurkan dalam dua album alias double album, yaitu Semesta dan Rupa Pesona. Semua lagu ini memiliki unsur tradisi dan mengangkat semangat dari kisah I La Galigo. Seperti dalam lagu Hawa Biru. Lagu ini menggambarkan sosok perempuan yang membangun rumah tangganya. Inspirasinya adalah sosok I We Cudai, istri Sawerigading.